REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Sudah sepuluh hari pasokan jengkol langka. Kondisi itu membuat beberapa pedagang jengkol di Pasar Anyar di Kota Tangerang, Banten, banting setir menjadi pedagang sayuran lain.
Salah satu pedagang yang biasa disapa Codet (30) mengaku, saat ini sudah 10 hari hanya menjual cabai dan bawang. Padahal, sehari-harinya ia adalah pedagang jengkol di pasar tersebut. Ia mengaku cukup beruntung dibanding para pedagang lainnya yang hanya bisa berjualan jengkol.
“Sekarang banyak yang gak jualan, sulit jengkolnya gak ada. Ada yang jadi dagang pisang, nangka, cabai, bahkan ada yang nganggur,” paparnya, Kamis (6/6).
Menurutnya ada sekitar 20 pedagang jengkol berjualan namun sejak langka menjadi tidak bisa berdagang. Codet mengatakan, biasanya ia menyediakan satu sampai dua kuintal jengkol atau paling sedikitnya 50 kilogram. Namun kini ia sama sekali tidak mendapatkan pasokan barang dari pasar induknya. Menurutnya, jengkol yang biasa dijual berasal dari Lampung, Kalimantan, Palembang dan Bengkulu.
Ia mengatakan, salah satu faktor kelangkaan jengkol saat ini karena jengkol yang dihasilkan berkurang dari petaninya. “Biasanya panennya pada bareng, jadi pas gak musim susah gak ada yang panen lagi,” tambahnya.
Menurut Codet, dari sepuluh hari lalu harga jengkol terus mencuat dari mulai Rp 15 ribu, Rp 25 ribu, hingga Rp 40 ribu. Sehingga melihat saat ini masih langka pasti harganya akan terus naik. Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Pasar Anyar, tetapi di pasar Kota Tangerang lainnya seperti Pasar Baru dan Pasar di daerah Cikokol.
Padahal, banyak pembeli dan langganannya setiap harinya menanyakan jengkol padanya. Tapi ia terpaksa tidak bisa memenuhi harapan pembeli karena tidak ada yang bisa dijual.
Ia berharap pasokan kembali ada dan harga kembali stabil seperti biasanya yaitu berkisar Rp 15 ribu – Rp 20 ribu per kilo gram. Sebab kalo sampai Rp 40 ribu bahkan melebihi Rp 50 ribu menurutnya itu tidak masuk akal untuk hanya yang namanya jengkol.