REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Warga Sleman mengeluhkan sulitnya menemukan komoditas jengkol di pasar. Selain itu, harga jengkol yang merangkak naik juga dikeluhkan oleh pedagang pasar.
Sumarni (50 tahun), pedagang jengkol dan sayuran di Pasar Sleman, mengatakan langkanya jengkol di pasar lantaran pasokan yang berkurang. "Jengkol itu musiman, makanya sedikit, yang kirim juga sedikit," katanya kepada Republika Online, Jumat (7/6).
Menurutnya, dalam beberapa hari ini jengkol memang sulit dicari. Ia mengaku hari ini juga tidak mendapat kiriman jengkol dari petani. "Hari ini tidak ada jengkol. Yang ada kemarin, cuma empat kilo dari petaninya," tambahnya.
Sumarni yang telah berjualan jengkol selama 10 tahun itu mengatakan harga jengkol juga naik dari Rp 12 ribu per kilogram menjadi Rp 20 ribu per kilogram. Hal ini disebabkan oleh jumlah pasokan jengkol yang berkurang.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi Kabupaten Sleman, Pranowo, mengatakan jengkol merupakan komoditas yang tidak terpantau oleh pihaknya. Pasalnya, jengkol hanya merupakan komoditas pelengkap saja. "Itu kan komoditi pelengkap saja. Berbeda dengan bawang putih dan merah. Pasokan jengkol nggak datang dan jumlahnya berkurang otomotis harga naik. Itu karena musim," katanya.
Menurutnya, langkanya jengkol di wilayah Sleman selain karena musiman, juga disebabkan jumlahnya yang terbatas di daerah tersebut. Pranowo mengatakan langkanya jengkol tidak perlu dikhawatirkan oleh masyarakat.
Berdasarkan pantuan di Pasar Sleman, jengkol sulit ditemukan di pasar tersebut. Bahkan, pedagang yang biasanya menjual jengkol hari ini mengaku tidak mendapat kiriman dari petani.