PARIS -- Sebuah karya seni seorang seniman Aborigin terkemuka telah dipasang di atap sebuah museum di Paris sehingga dapat disaksikan jutaan orang.
Seniman kontemporer dari Australia Barat, Lena Nyadbi, diminta untuk membuat sebuah lukisan khusus untuk teras atap dari Musse du quai Branly.
Ia lalu membuat sebuah lukisan hitam-putih yang dinamakan Dayiwul Lirlmim atau Barramundi Scales, terinspirasi oleh tanah kelahiran ibunya di Dayiwul Country.
Sebuah reproduksi besar dari lukisan tersebut, dibuat dengan cat yang digunakan untuk tanda-tanda lalu-lintas, kini terpampang di teras atap museum itu yang luasnya 700 meter persegi.
Instalasi itu dimaksudkan supaya terlihat dari beberapa tingkat yang berbeda di Menara Eiffel, yang dikunjungi oleh sekitar tujuh juta orang setiap tahun.
Lukisan itu bahkan dapat dilihat dari angkasa luar, berkat teknologi pemetaan satelit. Versi besar lukisan Dayiwul Lirlmim itu 46 kali lebih besar dari aslinya, yang juga dipamerkan. Lukisan itu menggunakan warna netral hitam-putih dan bercerita tentang seekor ikan barramundi. Ikan itu luput dari penangkapan, tapi sisiknya rontok tersebar. Menurut cerita itu, sisik-sisik itu menjadi Berlian Argyle dari daerah Kimberley yang terkenal itu.
Nyadbi adalah seorang seniman Gija dari daerah East Kimberley di Australia Barat. Ia lahir di tahun 1936 dan mulai melukis di tahun 1998 setelah magang selama 10 tahun dibawah beberapa seniman Kimberley terkenal, termasuk Paddy Jaminji. Catnya buatan tangan, menggunakan bahan ochre dan charcoal yang alami dari Gija, dan ia terkenal kaya dalam estetika.
The Musée du quai Branly didedikasikan pada seni dan budaya bumiputra Afrika, Asia, Oceania dan Amerika.
Karya Nyadbi sudah dipamerkan permanen di museum itu karena ia menciptakan suatu lukisan dinding Jimbirla and Gemerre yang menghiasi salah satu dinding luar, yang dapat dilihat dari Rue de l'Universite di Paris.
Karya dari tujuh seniman Aborigin Australia lainnya dipasang di langit-langit museum itu.