REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso, Sulawesi Tengah belum terungkap. Padahal, hampir sepekan polisi menyelidiki serangan yang terjadi Senin (3/6) kemarin.
Meski wajah pelaku bom bunuh diri tidak hancur, polisi masih menemui kendala soal data dari DNA pelaku. Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, data hasil DNA yang ada pada korban perlu pembanding untuk mengetahui identitasnya.
“Artinya harus ada keluarga yang merasa kehilangan datang, ini untuk dijadikan data pembanding,” ujar Boy di Jakarta, Jumat (7/6).
Boy memaparkan, sebetulnya kerja dari Tim Disaster Victim Identification (DVI) dan Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Polri sudah nyaris rampung. Namun, kontribusi dari keluarga korban yang tidak kunjung datang ke RS Bhayangkara, Palu, Sulteng tempat jenazah disemayamkan, menjadi kendala.
Penelusuran atas identitas pelaku, kata Boy, semakin menemui jalan terjal seiring dengan fakta terbaru yang dikumpulkan. Ternyata, kendaraan yang digunakan pelaku saat menjalankan aksinya ialah motor hasil curian. Alhasil, polisi tak dapat membongkar indentitas kepemilikian dari motor tersebut guna menopang data dari pengungkapan sosok pelaku.
Namun, Boy menyebut Polri tidak habis akal dengan hanya terpaku pada satu atau dua cara. Polri akan meminta beberapa terduga teroris yang sudah ditangkap untuk melihat dan memberikan keterangan soal jenazah pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso. “Semua kami upayakan, mudah-mudahan dapat segera terungkap,” ujar jendral bintang satu ini.