Sabtu 08 Jun 2013 11:21 WIB

Pedagang Sayur Surabaya Enggan Jualan Jengkol

Rep: Andi Ikhbal/ Red: A.Syalaby Ichsan
Jengkol (ilustrasi)
Foto: kulinerindo
Jengkol (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebagian besar pedagang komoditas pangan di pasar tradisional Surabaya enggan menjual jengkol. Selain karena harganya yang melonjak, makanan tersebut kurang diminati masyarakat.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Timur, Budi Setiawan mengatakan, kenaikan harga jengkol tidak berimbas besar pada warga Jatim, termaksud Surabaya. Sebab, komoditas itu dinilai bukan menjadi menu konsumsi khas masyarakat setempat.

"Jadi, jengkol itu memang jarang yang suka, makanya sulit ditemui," kata Budi pada Republika, Sabtu (8/6). Kenaikan harga jengkol cukup berimbas pada harga petai di pasaran.

Bila selembar petai awalnya hanya sekitar Rp 1.000, saat ini bisa mencapai Rp 6.000 hingga 8.000, atau tembus di atas angka Rp 100 ribu per kilogram.

Pedagang bahan pokok dan sayuran di Pasar Keputran Selatan, Saina (30) mengatakan, akibat naiknya harga petai, daya beli masyarakat menurun. Dampaknya, banyak pedagang yang memilih untuk tidak menjual sayuran tersebut.

"Jarang ada yang mau jual, apalagi kualitasnya petai yang ada belakangan ini kondisinya tidak bagus," katanya.Budi mengungkapkan, harga petai memang mengalami kenaikan, namun tidak terlalu berpengaruh terhadap bahan pokok. Beberapa jenis barang yang diperkirakan naik seperti cabai, bawang dan telur.

Namun, dia mengaku, Pemprov meyediakan stok yang cukup untuk komoditas tersebut. Lagipula, yang perlu diantisipasi adalah harga kebutuhan dasar seperti beras, gula, minyak goreng dan tepung terigu."Kalau yang lain naik, paling hanya selisih seribiu atau duaribu. Tentunya tidak perlu dikhawatirkan," ujar Budi.

Untuk mengatisipasi harga empat harga pangan pokok masyarakat jelang kenaikan BBM, dia mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan strategi ongkos angkut. Dengan begitu, masyarakat dapat membeli kebutuhan tersebut dengan harga terjangkau.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement