Ahad 09 Jun 2013 11:19 WIB

Taufiq Kiemas Jadi 'Jembatan' Megawati dan SBY

Rep: Esthi Maharani / Red: Djibril Muhammad
Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo (kiri) bersama para kerabat saat berada di rumah duka ketua MPR Taufiq Kiemas di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Sabtu (8/6).
Foto: Republika/Prayogi
Sekjen PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo (kiri) bersama para kerabat saat berada di rumah duka ketua MPR Taufiq Kiemas di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Sabtu (8/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Gaya komunikasi politik Ketua MPR, Taufiq Kiemas dinilai seringkali menjadi jembatan untuk menyelesaikan persoalan. Termasuk upaya mendamaikan ketegangan antara Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa mengatakan gaya komunikasi politiknya efektif. "Taufiq Kiemas menjadi jembatan," katanya, Ahad (9/6).

Ia mengatakan Taufiq Kiemas bisa diterima di semua lapisan tanpa membedakan latar belakang, termasuk latar belakang politik. Kemampuan tersebutlah yang dianggapnya mampu untuk menjembatani semua persoalan yang ada. "Beliau hangat, terbuka, dan egaliter," katanya.

Yang menurut Hatta paling bisa dipelajari dan menjadi warisan Taufiq Kiemas tak lain adalah pembuktian bahwa unsur kultural bisa lebih mengena untuk menjadi jembatan persoalan yang dihadapi. Taufiq diyakini Hatta percaya selalu ada solusi untuk semua persoalan.

"Unsur kultural bisa lebih mengena. Taufiq Kiemas mampu menyatukan semua dalam bingkai empat pilar," katanya.

Politisi senior PDIP yang juga Ketua MPR Taufiq Kiemas tutup usia. Banyak kenangan yang ditinggalkan oleh Taufiq Kiemas. Untuk diketahui, hubungan antara SBY-Megawati sempat merenggang setelah keduanya resmi menjadi rival politik di 2004.

Saat Mega menjadi Presiden, SBY mengundurkan diri sebagai Menko Polhukam dan kemudian maju sebagai capres dan memenangkan pertarungan politik. Hal serupa juga terjadi pada 2009.

Rivalitas kembali terjadi antara SBY dan Megawati. Beberapa kali pertemuan kenegaraan keduanya, belum ada kedekatan bahkan tidak bersalaman. Tak jarang, pertemuan kenegaraan, hanya Taufiq Kiemas yang hadir memenuhi undangan tak didampingi Mega.

Namun, beberapa kali pula mulai tampak kecairan. Pada saat pemberian gelar pahlawan nasional untuk Soekarno, Mega-SBY sempat bersalaman dan tersungging senyum. Usaha TK untuk memperkecil ketegangan pun terus dilakukan.

Meski dengan dalih memberikan buku kepada Presiden, TK sempat datang ke Istana Kepresidenan. SBY juga bahkan sempat sengaja hadir untuk memenuhi undangan saat TK mendapatkan gelar Honoris Causa dari Universitas Trisakti belum lama ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement