REPUBLIKA.CO.ID -- Penghuni "Surau Balenggek" tempat Taufiq Kiemas 'melewakan' gelar datuak merasa seluruh tubuhnya lemas beberapa jam sebelum tokoh PDI Perjuangan itu meninggal dunia.
"Tubuh ini lemas dan tidak bergairan beberapa jam sebelum mamak (paman) kami
Taufiq Kiemas meninggal dunia," kata anak kemenakan dari Taufiq Kiemas Datuak Basa Batuah, Aida, di kediamannya Jorong Sungai Ungkang, Nagari Sabu Tanahdatar, Minggu.
Firasat seperti itu, kata dia, sering terjadi pada dirinya apa bila ada dari salah seorang anggota keluarganya yang akan meninggal dunia.
"Ketika peristiwa itu terjadi, saya berfikir siapa anggota keluarga saya yang akan meninggal dunia. Tahu-tahu mamak kami," kata ibu dari dua anak ini.
Dia menceritakan, pagi hari Sabtu (8/6), sebelum Taufiq Kiemas meninggal dunia, dirinya berencana akan bersih-bersih di sekeliling "Surau Balenggek".
"Namun, tubuh saya tidak sanggup untuk melakukannya, padahal waktu itu saya sehat-sehat saja. Setelah peristiwa itu saya berfikir siapa anggota keluarga yang akan meninggal dunia," ujarnya.
Setelah merasa tubuhnya lemas, kata Aida, akhirnya janda itu tidak jadi membersihkan sekeliling "Surau Balenggek" itu.
"Pada Sabtu malamnya saya baru dapat kabar dari keluarga kalau mamak (paman) kami Taufiq Kiemas meninggal dunia sorenya," tuturnya.
Taufiq Kemas menjadi seorang penghulu di Persukuan Sikumbang pada tahun 2003 melalui acara "melewakan datuak'' dengan menyembelih seekor kerbau di Surau Balenggek setempat.
Kiemas diberi gelar Datuak Basa Batuah, yang dinaungi oleh pucuk adat Datuak Kayo di persukuan Sikumbang tersebut.
Tokoh PDI Perjuangan Taufik Kiemas meninggal dunia akibat serangan jantung hari Sabtu pukul 19.00 waktu Singapura dan dikebumikan pada Minggu di TMP Kalibat, Jakarta.
sumber : Antara