REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Timur menginstrusikan seluruh jajaran kepolisian di seluruh polres kabupaten/kota memantau indikasi porstitusi di kalangan pelajar. Tindakan preventif itu dilakukan untuk mengendus jaringan yang mempekerjakan anak di bawah umur sebagai penjaja seks.
Kepala Bidang Penerangan Masyarakat Polda Jatim, AKBP Suhartoyo mengatakan, terungkapnya kasus mucikari SMP yang menjual rekannya sesama pelajar di Surabaya merupakan kasus baru. Sejauh ini, dia memperkirakan, belum ada modus serupa di wilayah lain.
"Tapi itu kasus menonjol yang mencuri perhatian banyak pihak, karena itu kami perlu lebih waspada," kata Suhartoyo pada Republika saat dikonfirmasi, Selasa (11/6).
Dia mengatakan, Polda Jatim sendiri sudah mengintruksikan polres kabupaten/kota untuk memantau adanya potensi yang sama di wilayahnya masing-masing. Beberapa titik yang dianggap rawan seperti cafe, mall, tempat hiburan malam, lingkungan sekolah.
Kasubag Humas Polrestabes Surabaya, Kompol Suparti mengatakan, mereka melakukan tindakan tersebut dengan membolos sekolah. Usai mencuri waktu tersebut, mereka baru melakukan pertemuan ataupun transaksi di tempat yang telah dijanjikan.
"Karena itu orang tua harus benar-benar mengenal bagaimana lingkungan dan aktifitas anaknya," ujar Suparti.
Hingga saat ini, polisi sudah mengamankan 11 siswi yang teridentifikasi menjadi korban mucikari remaja tersebut. Dia menambahkan, pihaknya sendiri tengah berusaha mencari beberapa korban lain yang diduga terkait praktek porstitusi itu.
Sedangkan, target operasi utama adalah mantan mucikari yang pernah mempekerjakan mucikari SMP itu. Meski sudah mengantungi identitas tersangka, namun Suparti enggan mempublikasikannya.