REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi VII DPR Sutan Bhatoegana menilai kelangkaan gas elpiji tabung 3 kilogram (kg) dan 12 kg yang berujung pada lonjakan harga tak lepas dari sifat elpiji sebagai barang yang disubsidi oleh negara. "Setiap barang yang disubsidi kejadiannya begini. Sangat langka dan jadi mainan orang," ujar Sutan kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Selasa (11/6).
Sutan menjelaskan pada dasarnya PT Pertamina (Persero) dalam sejumlah rapat kerja dengan Komisi VII DPR telah meminta untuk menaikkan harga elpiji. Meskipun demikian, Sutan menyebut komisi meminta Pertamina menunda langkah tersebut. "Kita pikirkan rakyat," kata politisi Partai Demokrat tersebut.
Ke depan, Sutan mengatakan subsidi-subsidi yang ada, termasuk kepada elpiji dikurangi. Sebagai kompensasinya, perlu diperkuat perekonomian rakyat agar daya beli masyarakat terjaga. Sehingga, berapapun harga elpiji naik, tidak ada masalah. "Di negara-negara maju begitu. Itu yang paling penting," ujar Sutan.
Sebagai gambaran, harga elpiji 3 kg di pasaran kini melonjak menjadi Rp 18 ribu per tabung atau lebih tinggi Rp 3.000 dibandingkan harga normal. Sedangkan untuk elpiji 12 kg, harganya berada di kisaran Rp 90 ribu sampai Rp 100 ribu per tabung atau lebih tinggi dibandingkan harga normal Rp 78 ribu sampai Rp 80 ribu.