REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA —Untuk mendorong percepatan modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan pertumbuhan ekonomi Indonesia, pemerintah segera menggenjot industri pertahanan.
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro yang juga menjabat Ketua Komite Kebijakan Industri Pertahanan menjelaskan, pemerintah RI telah menjalin kerja sama dengan Korea Selatan.
Dalam sidang ke-9 pada Selasa (11/6) lalu salah satu agenda KIP yakni membahas tentang perkembangan alih teknologi kapal selam dan program pengadaan pesawat tempur.
Soal pesawat tempur, pemerintah RI dan Korsel menyepakati untuk memproduksi bersama pesawat tempur generasi 4,5 dengan kode K-FX/IF-X.
Pesawat tempur ini diklaim Purnomo memiliki teknologi lebih tinggi daripada Sukhoi dan F16. Menurut rencana, proyek pesawat tempur ini dilakukan dengan pembagian anggaran 20 persen dari Indonesia dan 80 persen dari Korea.
“Desain teknologinya akan dirampungkan dalam dua tahun ini,” katanya.
Untuk keperluan tersebut, pemerintah telah membangun Design Center Indonesia (DCI) di Bandung.
Tak hanya itu, pemerintah juga telah mengirimkan 52 orang ahli Indonesia ke luar negeri untuk mempelajari teknologi desain industri pertahanan.
“Saya kira mereka sudah matang dan betul-betul memahami masalah desain ini," ujarnya.
Sekretaris KKIP, Sjafrie Samsoeddin menuturkan, pemerintah beberapa waktu lalu mengelar road show ke sejumlah negara ASEAN untuk menawarkan produk CN-295 (hasil modifikasi CN-235).
Dari enam negara yang ditawari, kata dia, lima di antaranya menyatakan minatnya untuk membeli pesawat militer angkut personel buatan Indonesia tersebut. Mereka adalah Filipina, Vietnam, Myanmar, Thailand, dan Malaysia.
“Sementara Brunei Darussalam masih mempertimbangkan tawaran kita.”