Kamis 13 Jun 2013 02:51 WIB

Austria Ingin Hengkang dari Golan, PBB Minta Waktu

Mobil pasukan perdamaian PBB melewati penyeberangan Quneitra, sementara tentara Israel mengawasi di Dataran Tinggi Golan
Foto: Reuters
Mobil pasukan perdamaian PBB melewati penyeberangan Quneitra, sementara tentara Israel mengawasi di Dataran Tinggi Golan

REPUBLIKA.CO.ID, WINA--Austria berencana menarik seluruh tentaranya yang bertugas di Dataran Tinggi Golan lantaran konflik kian berkecamuk di kawasan tersebut.

Hanya saja, Ketua penjaga perdamaian PBB masih meminta tambahan waktu untuk mencari pengganti pasukan yang segera ditarik dari wilayah penyangga antara Suriah dengan Israel dalam beberapa pekan mendatang.

"Austria harus memberi kami tawaran lebih baik," kata Herve Ladsous kepada koran Austria "Die Presse" dalam wawancara diterbitkan pada Rabu, "Kami membutuhkan lebih banyak waktu."

Kelompok pertama 60 hingga 80 tentara dari 380 penjaga perdamaian asal Austria dalam 1.000 prajurit Pasukan Pengamat Pemisahan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDOF) dijadwalkan tiba di tanah airnya pada Rabu (12/6) malam.

Austria pada pekan lalu menyatakan akan menarik pengamatnya sesudah pertempuran memburuk antara pemberontak dengan pasukan Suriah di daerah tersebut. Penarikan itu dijadwalkan berlangsung dua hingga empat pekan.

Ladsous menyatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa mendekati negara berpeluang menggantikan, tapi memerlukan sedikit-dikitnya enam hingga delapan pekan untuk menggantikan Austria, yang sebelumnya menjadi tulang punggung UNDOF.

"Tugas itu penting dan kami akan melakukan yang terbaik untuk mempertahankannya," katanya.

Ladsous menyatakan sementara ini belum ada negara lain pemberi dana iuran, termasuk India dan Filipina, yang berencana ingin mundur dari UNDOF. Pasukan perdamaian ini masuk dan bergerak di Golan sejak 1974.

Tinggal India dan Filipina

Bila dilakukan, penarikan tentara Austria akan menyisakan UNDOF dengan hanya 341 tentara dari Filipina dan 193 dari India.

Jepang dan Kroasia juga menarik diri dalam beberapa bulan belakangan, karena pertempuran pasukan pemerintah Suriah dengan pemberontak menyebar ke wilayah gencatan senjata tersebut.

UNDOF memiliki sekitar 1.000 tentara penjaga perdamaian dan petugas sipil dari Austria, India, Maroko dan Moldova, selain Filipina.

Presiden Filipina Benigno Aquino pada Selasa mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan keamanan lebih kepada penjaga perdamaiannya -yang tertekan- di dataran tinggi Golan, Suriah, sehingga pasukan Filipina dapat menetap.

Benigno bertemu dengan penasihat tertinggi keamanan pada hari itu, membahas saran Menteri Luar Negeri Albert del Rosario untuk segera memulangkan pasukan Filipina setelah beberapa diculik pemberontak Suriah.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada awal Juni menyatakan pasukannya dapat menggantikan tentara Austria, tapi  dengan syarat mereka bertugas di bawah perjanjian 1974, dasar pembentukan UNDOF.

Rusia juga mensyaratkan anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak diizinkan mengambil bagian.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement