REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Terungkapnya program penyadapan komunikasi elektronik oleh Amerika Serikat (AS) dinilai berpeluang menguji hubungan Cina-AS. Harian China Daily, Kamis (13/6) memperkirakan hubungan kedua negara berpotensi memanas akibat pernyataan Washington yang menuduh Beijing melakukan mata-mata Internet.
Persoalan tersebut menjadi rumit setelah mantan subkontraktor pemerintah AS, yang membocorkan keterangan program penyadapan itu, Edward Snowden, melarikan diri ke Hong Kong dan menolak diekstradisi. Di Hongkong, Snowden secara mengejutkan menyatakan Badan Keamanan Negara Amerika Serikat (NSA) meretas komputer di Cina dan Hong Kong sejak 2009.
"Program penyadapan tersebut akan merusak citra Washington di luar negeri dan dapat menguji hubungan AS dengan Cina," kata peneliti dari Foreign Affairs University Li Haidong, seperti dilansir AFP. "Kasus penyadapan komunikasi elektronik ini akan menjadi tantangan besar bagi niat baik kedua negara untuk memperbaiki hubungan."
Kepada harian tersebut, Li juga menunjukkan ironi bahwa program penyadapan AS terungkap justru saat Washington sedang secara intensif menuduh pemerintah Cina berada di belakang para peretas yang menyerang dan mencuri data-data dari komputer negeri Paman Sam.
Beijing sendiri dengan tegas menolak tuduhan Washington dan kedua presiden, Barack Obama dan Xi Jinping, telah bertemu di California pada pekan lalu untuk membahas persoalan tersebut. "Saat ini tantangan terbesar dari pencapaian kebebasan individu dan privasi di Amerika Serikat adalah kekuasaan yang tak terbatas dari pemerintah," kata Li.
Sebelumnya, berbagai laporan mengungkapkan bahwa NSA menyadap data komunikasi pengguna layanan perusahaan-perusahaan internet besar seperti Apple, Facebook, dan Google. Selain itu, NSA juga dituduh mengumpulkan rekaman pembicaraan telepon penduduk AS. Pengungkapan tersebut memicu debat panjang soal privasi dan keamanan negara.