REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Kepala Bulog Sulawesi Tengah, Damin Hartono mengatakan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dipastikan berpengaruh besar terhadap kegiatan pengadaan maupun penyaluran beras di daerah itu.
"Tapi, biasanya pemerintah sudah mempersiapkan segala bentuk konsekuensi dengan memberikan dana insentif, termasuk pengangkutan beras," katanya di Palu, Jumat (14/6).
Jika BBM naik, kata Damin, biaya operasional penggilingan padi dan transportasi pengangkutan beras dipastikan membengkak. Menurutya, terpaksa itu akan berpengaruh terhadap harga gabah dan beras di tingkat petani dan pengusaha penggilingan padi.
Pun pemilik angkutan yang selama ini menjadi mitra Bulog untuk mengankut dan mengantarkan raskin dari gudang sampai ke titik distribusi di setiap kecamatan, akan menyesuaikan tarif agar tidak merugi. Ia optimistis biaya sewa angkutan akan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
"Kami berharap pemerintah akan memberikan dana insentif sebagai langkah antisipasi atas kebijakan tersebut," katanya.
Namun, sampai sekarang ini, Bulog di daerah-daerah, termasuk Sulteng belum menerima atau mendapat informasi mengenai hal dimaksud. Tetapi berdasarkan pengalaman setiap kali pemerintah menaikkan harga BBM, dipastikan diikuti pula dengan pemberian dana insentif.
Jika tidak, Bulog tentu akan mengalami kesulitan dalam menyerap beras produksi petani. Begitu pula dalam hal penyaluran raskin kepada RTS di daerah-daerah. Ia menambahkan sebagai konsekuensi dari kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM, maka pemerintah akan menambah jatah alokasi raskin. Akan ada raskin 13, 14, 15 dan 16 yang akan di salurkan pemerintah melalui Bulog kepada RTS tersebar di seluruh daerah di tanah air.