REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Dalam pelaksanaan pemilu presiden di Jakarta,Kedubes Iran tidak meningkatkan sistem penjagaan dan jumlah personel keamanan karena situasi dan kondisi di Jakarta dinilai cukup stabil.
"Satu yang kami yakini, Indonesia adalah negara yang aman. Untuk pemilu ini, kami tidak mengerahkan peningkatan postur keamanan," kata Atase Pers Kedutaan Besar (Kedubes) Iran, Ali Pahlevani Rad, di Jakarta, Jumat (14/6).
Sementara untuk tenaga pelaksana, Kedubes Iran mengerahkan tim yang terdiri dari delapan orang yang berasal dari kalangan nonpemerintah. Anggota tim pelaksana ini merupakan warga negara Iran di Indonesia yang tidak bekerja di kedutaan
Mereka berprofesi antara lain pengusaha dan akademisi.
Cara ini, kata Ali seperti proses yang terjadi di Iran, di mana pelaksanaan pemilu memang banyak melibatkan tenaga nonpemerintah.
Rakyat Iran awalnya memiliki delapan kandidat presiden. Namun, di akhir kampanye mengerucut menjadi enam karena dua lainnya mengundurkan diri.
Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad sudah tidak boleh lagi mencalonkan diri karena sudah dua kali menjabat.
Kandidat yang bersaing dalam Pemilu Presiden Iran antara lain Wali Kota Teheran Mohammad Baqer Qalibaf, mantan Menteri Luar Negeri dan Pemimpin Penasihat Hubungan Luar Negeri Ali Akbar Velayati, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi (SNSC) dan Kepala Perunding Nuklir Saeed Jalili.
Kemudian, mantan Sekretaris SNSC dan Kepala Perunding Nuklir Hassan Rouhani, mantan Menteri Perminyakan dan Telekomunikasi Seyed Mohammad Qarazi, serta mantan Komandan Islamic Revolution Guards Corps (IRGC) dan Sekretaris Dewan Kebijaksanaan Mohsen Rezayee.
Kandidat yang berhasil mendapat dukungan suara 50 persen plus satu akan memenangi Pemilu Presiden Iran.
Jika tidak ada yang berhasil mendapatkan dukungan suara sebanyak itu, dua calon dengan perolehan suara terbanyak akan bersaing dalam penentuan presiden pada tahap selanjutnya.