REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, menyatakan bahwa klaim penggunaan senjata kimia oleh Damaskus di Suriah adalah pengulangan skenario serangan ke Irak. Seperti dikutip Irib, Lavrov mengatakan hal tersebut dalam pertemuannya dengan sejawatnya asal Itala Emma Bonino
Para pejabat Amerika Serikat mengklaim bahwa militer Suriah telah menggunakan senjata kimia terhadap kelompok oposisi. Namun, AS tidak menyertakan bukti terkait klaimnya.
Suriah pun membantah tudingan AS tersebut. Kementerian Luar Negeri Suriah, Jumat (13/6), menuduh laporan AS mengenai penggunaan senjata kimia oleh pasukan Damaskus terhadap petempur gerilyawan penuh dusta.
Gedung Putih pada Kamis (13/6) menyimpulkan di dalam satu pernyataan bahwa Pemerintah Suriah telah menggunakan senjata kimia terhadap gerilyawan dalam tindakan yang menandai campur tangan makin dalam AS dalam konflik Suriah.
"Setelah kajian konsultatif, masyarakat intelijen kami menilai bahwa rejim (Presiden Bashar) al-Assad telah menggunakan senjata kimia, termasuk agen syaraf sarin, dalam skala kecil terhadap oposisi berulangkali dalam satu tahun belakangan," kata Wakil Penasehat Keamanan Gedung Putih Ben Rhodes di dalam pernyataan itu.
Sebagai tanggapan, Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan pernyataan Washington adalah bagian dari praktik kurang ajarnya untuk mensahkan kebijakannya. Demikian laporan Xinhua.
Ditambahkan dia, laporan AS tersebut dilandasi atas informasi palsu kendati sejumlah laporan mengungkapkan gerilyawan memiliki senjata semacam itu.
Kementerian tersebut menyatakan keputusan AS itu mencerminkan keterlibatan langsung negeri tersebut dalam menumpahkan darah orang Suriah dan mengangkat masalah serius mengenai keinginan sejatinya di balik desakan mengenai penyelesaian politik bagi krisis politik.