REPUBLIKA.CO.ID, Hari ini, 10 tahun lalu, tepatnya 18 Juni 2003, Piala Konfederasi edisi keempat resmi dibuka. Pertandingan pertama mempertemukan juara zona Oseania, Selandia Baru, bertemu dengan Jepang, juara zona Asia. Kali ini giliran Prancis yang ditunjuk sebagai tuan rumah turnamen yang digelar setiap dua tahun sekali tersebut.
Selain sukses menjadi tuan rumah, Prancis juga sukses mempertahankan gelar Piala Konfederasi, setelah dua tahun lalu menjadi kampiun di gelaran Piala Konfederasi di Korea Selatan dan Jepang. Namun, bukan kegemilangan Prancis yang bakal diingat dari Piala Konfederasi kali ini, melainkan kematian Marc Vivien Foe.
Gelandang yang memperkuat Manchester City itu meninggal lantaran mengalami kegagalan jantung. Foe meninggal meninggal kala memperkuat Kamerun di laga semifinal, kontra Kolombia, di Stadion de Gerland. Lyon. Sempat dibawa dan ditolong oleh tim medis, nyawa Foe akhirnya tidak bisa diselamatkan dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Seluruh kontestan Piala Konfederasi pada saat itu pun berduka atas kepergian Foe tersebut. Kendati sempat direncanakan untuk dihentikan, tapi Piala Konfederasi itu akhirnya masih terus dilanjutkan. Kemenangan 1-0 atas Kolombia mengantarkan Kamerun ke partai final.
Kamerun pun berhadapan dengan Prancis di partai puncak Piala Konfederasi. Thiery Henry akhirnya mampu mencatak satu-satunya gol di laga tersebut, dan mengantarkan Prancis mempertahankan gelar Piala Konfederasi.
Saat-saat mengharukan terjadi saat penyerahan trofi dan medali. Dua pemain terlihat membawa sebuah gambar besar foto dari Foe dengan sebuah medali runner-up digantung di pinggir foto tersebut.
Demi menghormati Foe, saat Marcel Desailly menerima piala, kapten Prancis itu tidak mengangkatnya sendiri. Desailly langsung mengajak kapten Kamerun, Rigobert Song, untuk mengangkat trofi Piala Konfederasi tersebut.