REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Asisten Manajer Persema Malang, Dito Arief, mengaku sangat berat untuk menggelar laga kandang empat kali secara beruntun. Alasannya karena anggaran operasional yang dibutuhkan juga cukup besar yakni sekitar Rp 200 juta.
"Pendapatan panitia pelaksana pertandingan (panpel) dari empat laga kandang itu maksimal Rp 30 juta dari hasil penjualan tiket. Padahal, kebutuhan biaya operasional mencapai Rp 200 juta. Jujur, sangat berat bagi kami untuk menggelar empat laga kandang secara berturut-turut," ucap Dito Arief di Malang, Selasa.
Untuk setiap penyelenggaraan laga kandang, panpel harus mengeluarkan biaya operasional rata-rata sebesar Rp 60 juta hingga Rp 70 juta. Anggaran tersebut untuk biaya sewa stadion, akomodasi tim tuan rumah dan tim tamu, operasional panpel serta biaya pengamanan selama pertandingan.
Ia menilai jadwal yang dikeluarkan PT LPIS sebagai regulator kompetisi Indonesia Premier League (IPL) itu sangat tidak ideal bagi sebuah kompetisi.
Oleh karena itu, manajemen sudah melayangkan surat ke PT LPIS soal jadwal laga kandang empat kali berturut-turut tersebut. Namun, pihaknya sampai saat ini belum mendapat jawaban.
Empat laga kandang Persema secara beruntun itu akan menjamu Pro Duta (22/6), Semen Padang (26/6), PSLS Lhokseumawe (3/7), dan Persiraja Banda Aceh (6/7).