REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Pengeboman bunuh diri yang hampir bersamaan pada Selasa (18/6) siang di Baghdad, Irak, telah menewaskan 31 orang. Serangan bom bunuh diri itu terjadi setelah sembahyang di pusat keagamaan Muslim Syiah di Baghdad.
Beberapa siswa dari universitas di dekat tempat itu, termasuk di antara korban tewas dan sejumlah orang cedera. Pasukan keamanan menutup kawasan tersebut dari lalu lintas kendaraan dan berusaha menemukan mobil yang diperkirakan akan diledakan di dekatnya.
Serangan-serangan tersebut terjadi di tengah peningkatan kekerasan di seluruh Irak. Mei merupakan bulan yang mencatat jumlah angka kematian tertinggi di negeri itu sejak 2008, bersamaan dengan kebuntuan politik yang berkepanjangan. Ketakutan seperti kekerasan komunal tahun 2006 dan 2007 akan merebak di kalangan warga masyarakat.
Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan kembar itu tetapi para militan Sunni yang terkait dengan Al Qaida sering melakukan serangan bunuh diri dan menyasar warga Syiah.
Serangan-serangan Selasa terjadi di Habib ibnu al-Mudhaher Hesseiniyah atau aula warga Syiah, di utara Baghdad. Aula itu terletak dekat Uinversitas Imam al-Saddiq, perguruan tinggi pendidikan milik swasta. Banyak korban meninggal adalah mahasiswa universitas yang sedang beristirahat setelah mengikuti ujian untuk sembahyang.
Sejumlah saksi mata dan pejabat mengatakan para penyerang, yang berseragam, mulai menembak penjaga gedung, diikuti oleh penyerang pertama yang meledakkan diri di pintu masuk aula itu. Penyerang kedua, menurut laporan AFP, memanfaatkan suasana kacau dan lari ke arah kerumunan sebelum meledakkan dirinya dengan bahan peledak yang dibawa di dalam aula tersebut.