Selasa 18 Jun 2013 23:40 WIB

Bashar Assad: Mundur Berarti Pengkhianatan Nasional

 Bashar Assad
Foto: AP
Bashar Assad

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS- Presiden Suriah Bashar al-Assad menyatakan tak mungkin mundur sementara pemerintah sedang bertempur memadamkan pergolakan. Dalam wawancara dangan satu harian Jerman ia menegaskan pendapatnya.

"Jika saya memutuskan meninggalkan tugas di bawah keadaan seperti ini, hal ini akan menjadi pengkhianatan nasional. Tetapi masalahnya lain seandainya itu keinginan rakyat," kata Bashar kepada Frankfurter Allgemeine Zeitung.

"Pemilihan-pemilihan atau referendum merupakan cara untuk mengetahui jika rakyat menginginkan Anda meninggalkan pos Anda," kata dia.

Keterangan-keterangan Presiden Bashar disiarkan secara lengkap oleh kantor berita Suriah SANA sehari setelah harian Jerman itu mempublikasikan bagian-bagian penting dari wawancara tersebut.

Seruang agara Bashar mengundurkan diri dari kekuasaannya merupakan tuntutan kunci sejak hari-hari awal pergolakan terjadi di Suriah. Situasi itu dimulai pada Mei 2011, diawali dengan unjuk rasa damai sebelum berubah menjadi konflik bersenjata brutal.

Kekerasan itu telah membunuh lebih 90.000 orang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa. Meski demikian Bashar berulang-ulang menegaskan tak akan lengser dan akan tetap berkuasa sedikitnya hingga pemilihan presiden 2014.

"Mandat presiden berakhir tahun 2014. Dalam krisis ... dan normal tidak meninggalkan negeri ini," katanya.

Rezim Suriah telah memukul mundur para pasukan oposisi dalam beberapa bulan terakhir. Bashar mendapat bantuan sekutunya Hizbullah dari Lebanon untuk meraih kembali kota-kota yang dikuasai oposisi.

Meski Bashar menyatakan bahwa hanya beberapa ratus petempur Hizbullah berada di Suriah dan tidak membesar-besarkan peran mereka dalam pertempuran.

"Tidak ada batalion (Hizbullah). Mereka mengirim sejumlah pejuang tertentu ke kawasan perbatasan Qusayr, tempat mereka menemukan para teroris," ujarnya. Bagi Bashar, kelompok oposisi yang menentangnya adalah teroris.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement