Rabu 19 Jun 2013 07:34 WIB

Mitos di Indonesia Undang Keingintahuan Warga Berlin

Red: Citra Listya Rini
Mitos
Mitos

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Berbagai mitos yang masih diyakini oleh masyarakat di Indonesia mengundang rasa keingintahuan warga di Berlin dan sekitarnya saat mengunjungi kegiatan budaya bertema "Takhayul" dalam rangka "All Nations Festival 2013", Rabu (19/6). 

Sekretaris II Penerangan, Sosial dan Budaya KBRI Berlin, Jerman, Purno Widodo mengatakan "All Nations Festival" adalah program Pemerintah Kota Berlin guna mendekatkan masyarakat di kota itu dengan berbagai pengetahuan dan budaya masyarakat asing yang mempunyai perwakilan.

Purno Widodo mengungkapkan pengunjung bertanya mengenai logika di balik berbagai mitos yang hingga saat ini masih banyak dijumpai dan ditaati oleh banyak masyarakat Indonesia. Mitos itu, antara lain, tidak boleh duduk di pojok saat makan, tidak boleh melakukan transaksi pembayaran serta mencukur di dalam rumah di malam hari, tidak boleh membunuh binatang saat istri tengah mengandung dan lainnya.

Selain memperkenalkan berbagai mitos, pada kegiatan di KBRI Berlin akhir-akhir ini juga ditampilkan berbagai hal di sebagian masyarakat Indonesia, seperti sesaji atau sajen, kemenyan, jimat dengan aroma dupa.

Dubes RI Berlin Eddy Pratomo menyampaikan "All Nations Festival" merupakan salah satu cara memperkenalkan Indonesia dan keanekaragaman budaya serta mendekatkan Indonesia di hati masyarakat Jerman. Terkait dengan takhayul, ia menyatakan masih banyak masyarakat Indonesia yang mempraktikkan hal itu dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam acara-acara tertentu. 

Selain menyajikan fenomena takhayul Indonesia, berbagai program juga ditampilkan untuk menarik pengunjung, di antaranya pertunjukkan musik talempong, pencak silat, lagu-lagu daerah serta berbagai tarian seperti Tari Rantak, Tari Piring, Tari Belibis, Tari Yapong yang dibawakan oleh Grup Patria Nanda, KBRI Berlin.

Keikutsertaan KBRI Berlin dalam acara All Nations merupakan yang ke-10 kalinya secara berturut-turut. Terdapat 18 negara dan institusi budaya berpartisipasi di antaranya, yaitu Cina, Korea, Malaysia, Nepal, Yaman dan negara lainnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement