REPUBLIKA.CO.ID, Tepat 10 tahun lalu, 19 Juni 2003, Brasil mengawali gelaran Piala Konfederasi 2003 dengan hasil buruk. Tim Selecao menyerah di tangan juara Piala Afrika, Kamerun, 0-1 di laga kedua grup B Piala Konfederasi 2003. Gol semata wayang Samuel Eto'o mencoreng muka pengoleksi lima gelar Piala Dunia tersebut.
Bermain di Stade de France, Saint-Denis, Brasil tanpa diperkuat oleh dua pemain andalannya, Rivaldo dan Ronaldo. Pelatih Carlos Alberto Pereira pun hanya memiliki opsi untuk menurunkan Adriano sebagai tumpuan di lini serang.
Kehadiran Ronaldinho di lini tengah tim Samba pun juga banyak membantu. Brasil tidak mampu menembus solidnya pertahanan Kamerun yang digalang oleh kapten tim, Rigobert Song.
Selain itu, skema permainan yang diterapkan pelatih asal Jerman, Winnie Schaefer, juga terbukti efektif. Menghadapi Brasil, Kamerun lebih banyak menunggu serangan dari Brasil, sembari sesekali langsung melancarkan serangan balik cepat yang bertumpu pada Eto'o.
Hasilnya, penyerang yang saat itu memperkuat Real Mallorca tersebut sukses merobek gawang Brasil, yang dikawal Dida, pada menit ke-83.
Tidak hanya itu, pengalaman menhadapi Brasil di Olimpiade Sydney 2000, juga menjadi salah satu faktor penting kemenangan tersebut. Saat itu, mereka sempat mengalahkan Brasil dalam upayanya merebut medali emas. Marc Vivien Foe, Geremi Njitap, dan Rigobert Song menjadi anggota skuat saat mengalahkan tim Samba di Olimpiade Sydney.
Kekalahan ini semakin membuat berat langkah Brasil di laga-laga selanjutnya. Hanya bisa menang 1-0 atas Amerika Serikat di laga berikutnya, Brasil ditahan imbang Turki 2-2 pada laga terakhir grup B. Dengan hanya bisa mengumpulkan empat poin, Brasil mesti pulang lebih awal dari Piala Konfederasi 2003 lebih awal lantaran kalah selisih gol dengan Turki.