REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak erupsi Gunung Rokatenda di Pulau Palue, Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Oktober 2012, sebanyak 782 KK atau 2.754 jiwa masih mengungsi keluar dari P Palue ke Kabupaten Ende dan Sikka. Guna mempercepat penanganan pengungsi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memberikan Dana Siap Pakai (DSP), Rp 14,7 milyar.
"Bantuan diserahkan kepada BPBD Sikka dan BPBD Ende, yaitu dari Kepala BNPB, DR Syamsul Maarif kepada Gubernur NTT, Bupati Ende, dan Bupati Sikka di Kantor Bupati Ende," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dalam pernyataannya, Rabu (19/6).
Bantuan tersebut akan digunakan untuk hunian dan relokasi serta penghidupan pengungsi di Kab Ende sebesar Rp 6,6 dan untuk Sikka sebesar Rp 6,5 milyar. Bantuan tersebut ditujukan untuk 782 KK atau 2.754 jiwa yang terbagi 375 KK di Kab Sikka yang ditampung di enam Kecamatan, yakni Alok Barat, AlokTimur, Kangae, Kewapante, dan Magepanda. Sedangkan 407 KK di Ende ditampung di tiga Kecamatan, yakni Maurole, Wewaria, dan Maukaro.
Bantuan sebesar Rp 1,60 milyar juga diperuntukkan untuk makanan siap saji yang diberikan ke Provinsi NTT. Sebelumnya BNPB telah menyerahkan bantuan siap pakai sebesar Rp 672 juta yaitu untuk Ende Rp 312 juta dan untuk Sikka Rp 360 juta pada saat terjadinya erupsi Desember 2012. Sehingga total bantuan BNPB sebesar Rp 15,3 milyar untuk penanganan pengungsi Gunung Rokatenda.
Permasalahan pengungsi erupsi Gunung Rokatenda antara lain jalan transportasi dan jalur evakuasi yang telah rusak oleh lahar dingin, jembatan putus, kurangnya ketersediaan air bersih di Pulau Palue dan tempat pengungsian, logistik serta kebutuhan dasar yang kurang, serta masalah administrasi kependudukan warga Palue yang ingin menjadi warga Ende.
Gunung Rokatenda meletus hebat pada 4 Agustus - 25 September 1928, Penduduk Palue saat itu sebanyak 266 jiwa. Pada 23 Maret 1985 terjadi letusan dengan embusan abu mencapai 2 km dan lontaran material lebih kurang 300 meter di atas puncak. Saat ini penduduk yang tinggal di Palue mencapai 10 ribu jiwa yang kondisinya terbatas air dan berbahaya dari ancaman erupsi.