Rabu 19 Jun 2013 18:26 WIB

Seluruh Anggota G8 Satu Suara untuk Perdamaian Suriah

Rep: ichsan emrald alamsy/ Red: Heri Ruslan
Penduduk berlarian mencari perlindungan di Provinsi Raqqa, timur Suriah
Foto: Reuters
Penduduk berlarian mencari perlindungan di Provinsi Raqqa, timur Suriah

REPUBLIKA.CO.ID,  ENNISKILLEN -- Seluruh pemimpin negara anggota G8 menyerukan segera dilakukan negosiasi demi perdamaian Suriah. Meski satu suara untuk mencari penyelesaian damai, namun tak semua anggota setuju kalau Presiden Bashar al Assad harus dilengserkan.

Deklarasi akhir pertemuan puncak negara anggota G8 berhasil mempersempit cara pandang negara Barat dan sekutu Suriah, Rusia. Pertemuan selama dua hari ini menghasilkan seruan segera diakhiri pertempuran yang menyebabkan 93 ribu nyawa warga Suriah melayang.

Deklarasi itu berbunyi bahwa perdamaian Suriah hanya bisa dicapai dengan jalur negosiasi. Selanjutnya segera membentuk pemerintahan koalisi baru dengan pemimpin negara yang bisa dipercaya publik.

Rusia sejak awal menolak menyebut pergantian pemerintahan harus melengserkan rezim Bashar al Assad. Bagi Rusia, hal itu bermakna ada prasyarat yang diajukan salah satu pihak sebelum penyelenggaraan pembicaraan damai.

Sementara deklarasi tak menyebut pelarangan bantuan senjata kepada oposisi. Tentu saja ini membuka jalan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis untuk mengirim bantuan senjata mematikan kepada oposisi.

Perdana Menteri David Cameron, sebagai tuan rumah mengatakan tak pernah terpikirkan Presiden Bashar al Assad bisa memainkan peran dalam pemerintahan Suriah di masa mendatang. Karena tangan Assad penuh dengan darah rakyatnya dan ia pun menggunakan senjata kimia.

Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin tak menyoroti soal pergantian Assad di masa mendatang. Ia justru menyoroti rencana pengiriman senjata berat ke Suriah. Putin memperingatkan Cameron bahwa pengiriman senjata ke oposisi Suriah sama saja menabur kematian bagi orang Eropa.

Ia mengacu pada serangan imigran yang membunuh seorang tentara Inggris di London beberapa waktu lalu.Ia menyatakan ada begitu banyak penjahat dan ekstrimis yang tergabung dalam oposisi. Mereka adalah orang-orang yang sama dengan yang membunuh tentara Inggris di jalanan London.

Ia pun meminta sekutu oposisi untuk berpikir ulang sebelum mengambil langkah yang membahayakan. ''Apakah orang Eropa ingin memberikan orang-orang ini senjata,'' ucap dia, Rabu (19/6).

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement