REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI -- Senyum ceria muncul di wajah masyarakat Pakistan. Selain menyambut Ramadhan, muslim Pakistan menanti masa panen mangga.
"Alhamdulillah, setelah 26 tahun, musim panen mangga tiba," kata Asif Arain, petani mangga di Mirpurkhas, seperti dikutip Onislam, Kamis (20/6).
Menurutnya, sudah menjadi tradisi di setiap keluarga untuk mengkonsumsi mangga ketika masa panen. Tradisi itu kian sempurna ketika masa panen bertepatan dengan bulan Ramadhan. Tak heran, bila permintaan masyarakat cukup tinggi akan buah mangga.
Asif menerima kenaikan pesanan buah mangga sekitar 50 persen ketimbang tahun lalu. "Kami terpaksa menyewa tenaga kerja tambahan untuk pengemasan dan pengiriman mangga dalam beberapa pekan mendatang," ujarnya.
Sindhri, kota kecil di wilayah Mirpurkhas, merupakan sentral produsen mangga di Pakistan. Berbagai varian mangga unggulan berasal dari kota ini. Umumnya, masyarakat Pakistan lebih menyukai mangga berukuran besar dan manis.
Chaunsa, jenis mangga tersebut, tak lagi hanya dikonumsi internal namun sudah berorientasi ekspor ke berbagai negara. Chaunsa, merupakan komoditas ekspor utama Pakistan. Tahun lalu, AS sempat melarang impor mangga dari Pakistan.
Namun, permintaan yang tinggi membuat larangan itu dicabut. Pasalnya, masyarakat AS tetap mencari komoditas itu hingga ke Kanada. Selain AS, Jepang merupakan negara tujuan utama Chaunsa.
Bagi warga Pakistan mengkonsumsi mangga merupakan tradisi. Posisinya sejajar dengan kurma. Mangga diyakini bisa menambah energi selama bulan puasa.
Mehar, petani mangga di Khaiprir mengatakan ada efek segar ketika mengkonsumsi mangga. Apalagi cuaca pada selama bulan Juli cukup panas. Dibutuhkan banyak energi ketika berpuasa dalam cuaca panas.
Tak hanya langsung disantap, olahan mangga telah melahirkan minuman yang menghilangkan dahaga. “Jadi, berbuka dan sahur dengan mengkonsumsi mangga merupakan hal menggembirakan," kata Mehar.