Kamis 20 Jun 2013 22:15 WIB

'Sidang Kasus Penyerangan Lapas Cebongan Harus Berjalan Fair'

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Djibril Muhammad
Lima dari 12 anggota Kopassus terdakwa penyerang tahanan Lapas 2B menjalani sidang militer di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, Kamis (20/6). Sebanyak 12 prajurit Kopassus Grup II Kandang Menjangan Kartosura menjalani sidang perdana
Foto: antara
Lima dari 12 anggota Kopassus terdakwa penyerang tahanan Lapas 2B menjalani sidang militer di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Bantul, Yogyakarta, Kamis (20/6). Sebanyak 12 prajurit Kopassus Grup II Kandang Menjangan Kartosura menjalani sidang perdana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sidang kasus penyerangan Lapas Cebongan mendapat perhatian khusus dari Komisi Yudisial (KY). Lembaga pengawas hakim itu bahkan sengaja mengirimkan salah satu komisionernya ke Yogyakarta untuk memantau langsung proses peradilan tersebut.

"Pengawasan ini bertujuan agar sidang berjalan fair, sehingga hakim dapat memutus dan mengadili secara bebas, berlaku imparsial, dan akuntabel," ujar Wakil Ketua Komisi Yudisial, Imam Anshari Saleh, Kamis (20/6).

Ia menjelaskan, KY telah membentuk tim khusus untuk memonitoring proses persidangan perdana 12 oknum Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang menjadi terdakwa dalam kasus penyerangan Lapas Cebongan Yogyakarta.

Dalam menjalankan pengawasan tersebut, Imam yang juga menjabat sebagai ketua tim ini, dibantu empat orang staf dari Biro Pengawasan Hakim (Waskim) KY. Mantan anggota DPR RI preiode 2004 -2009 itu berharap, dengan dipantau secara langsung oleh KY, proses persidangan dapat berjalan secara adil.

Dengan begitu, hakim bisa memutus dan mengadili secara independen tanpa adanya intervensi dari berbagai pihak. "Kami menginginkan para terdakwa dan juga saksi-saksi dapat berbicara bebas dan tanpa rasa takut, sehingga nanti putusannya proporsional dan profesional," tuturnya.

Seperti diketahui, 12 tersangka penyerangan Lapas Cebongan menghadapi sidang perdana di Pengadilan Militer II-11 Yogyakarta, Kamis (20/6). Mereka diadili karena melakukan penyerangan terhadap empat orang tawananan yang menjadi tersangka pembunuhan salah satu anggota Kopassus di Yogyakarta beberpa waktu lalu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement