REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH---"Khanduri Laot" atau yang dikenal dengan kenduri laut merupakan salah satu tradisi dan budaya yang mulai jarang di laksanakan di Provinsi Aceh.
"Sebelum bencana tsunami 2004, kenduri laut sering dilaksanakan para nelayan dan warga yang berdomisili di wilayah pesisir namun saat ini sudah mulai langka," kata Sekretaris Panglima Laot Lhok Kuala Gigieng Lambada Lhok, Aceh Besar, Tengku Syaiful Mar di Aceh Besar, Kamis (20/6).
Ditemui seusai menggelar doa bersama pada kenduri laut di pantai Lhok Kuala Gigieng, ia mengatakan kenduri laut adalah tradisi asli masyarakat daerah pesisir Aceh yang turun-temurun terutama bagi para nelayan.
"Kenduri laut merupakan bentuk rasa syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kehidupan bagi para nelayan dan warga yang berdomisili dipesisir pantai," katanya.
Menurut dia tradisi yang lazim dilaksanakan setiap tahun atau tiga tahun sekali itu telah menjadi salah satu kearifan lokal masyarakat Aceh.
Pada kenduri laut, ratusan kepala keluarga datang ke pesisir pantai sambil membawa berbagai jenis makanan dan minuman untuk disantap bersama.
Lazimnya masyarakat Aceh juga menyembelih sapi atau kerbau dan dimasak kari untuk disantap bersama dan dibagi-bagikan kepada warga yang menghadiri kenduri itu.
Kepala dan kulit hewan yang disembelih itu juga dibuang kelaut. ITengku Syaiful Mar juga menjelaskan agar ritual pembuangan kepala kerbau itu tidak disalah artinya. "Itu tradisi dan kami juga berpedoman pada keyakinan dan ajaran islam."