Jumat 21 Jun 2013 09:42 WIB

IMF Sarankan Negara Berkembang Gunakan Kebijakan Penyangga Ekonomi

Dana Moneter Internasional (IMF)
Foto: www.topnews.in
Dana Moneter Internasional (IMF)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Dana Moneter Internasional (IMF) pada Kamis (20/6) mengatakan negara berkembang harus menggunakan kebijakan penyangga ekonomi mereka dengan bijak guna menghadapi gejolak pasar, setelah bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), mengumumkan rencana untuk secara bertahap keluar dari program pembelian obligasi skala besar.

Ketua Fed Ben Bernanke pada Rabu (19/6) waktu setempat mengatakan bahwa bank sentral akan mulai mempertimbangkan kembali program pembelian obligasi besar-besaran, yang disebutnya sebagai quantitative easing 3(QE3), pada akhir tahun ini jika ekonomi membaik seperti yang diharapkan dan mungkin berakhir pada pertengahan 2014. Kebijakan QE3 ini diprediksi akan berdampak pada jatuhnya pasar saham global.

"Respon kebijakan di setiap negara berkembang harus spesifik, karena pemberi pinjaman global yang berbasis di Washington itu memantau erat reaksi pasar," kata kepala juru bicara IMF Gerry Rice dalam sebuah konferensi pers reguler.

Sesuai aturan umum, ungkap Rice, negara-negara yang mengadopsi kebijakan makro-ekonomi yang sehat, pasar keuangan domestik yang lebih dalam, serta kebijakan makro-prudential dan mikro-prudential yang kuat akan berada dalam posisi yang lebih baik untuk menahan setiap gejolak pasar potensial. "Secara umum, kebijakan yang tepat akan memungkinkan pasar untuk menyesuaikan diri dengan kenaikan suku bunga dan premi AS. Tergantung pada tingkat arus keluar dan tekanan likuiditas di segmen pasar, beberapa negara mungkin perlu fokus untuk memastikan pasar berfungsi secara teratur, menggunakan kebijakan penyangga mereka secara bijak," papar Rice.

Krisis keuangan baru-baru ini, lanjut Rice, memberikan pengingat untuk pasar negara berkembang guna membangun kembali ruang kebijakan dan mengurangi kerentanan ketika kondisi keuangan normal. "Ini akan membantu negara berkembang efektif mengatasi fluktuasi pasar mendatang," tambahnya.

Dalam pernyataan penutup setelah pemeriksaan tahunan situasi ekonomi dan keuangan AS yang dirilis pekan lalu, IMF mengatakan bahwa kebijakan moneter yang sangat akomodatif dari Fed telah memberikan dukungan penting bagi AS dan pemulihan ekonomi global. Tetapi, IMF mengatakan "suku bunga sangat rendah dalam periode panjang mungkin menyebabkan konsekuensi yang tidak diinginkan untuk stabilitas keuangan domestik dan telah membuat rumit lingkungan kebijakan makro di beberapa negara berkembang."

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement