Jumat 21 Jun 2013 10:56 WIB

Agar Sembelihan Bernilai Ibadah, Ini Caranya

Penyembelihan hewan kurban pada hari raya Idul Adha 1433 H (ilustrasi).
Foto: Republika/Maspril Aries
Penyembelihan hewan kurban pada hari raya Idul Adha 1433 H (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Nashih Nashrullah

Segudang hikmah di balik rentetan sunah penyembelihan hewan

Menyembelih hewan untuk dikonsumsi ternyata tak sekadar memotong lalu tuntaslah pekerjaan. Di luar bahasan soal tata cara menyembelih hewan yang banyak diuraikan dalam bahasan fikih, maka ada banyak keutamaan yang ditegaskan oleh sunah Rasulullah SAW dalam etika menyembelih.

Secara garis besar, kata Syekh Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, dalam Ensiklopedi Adab Islam Menurut Alquran dan Sunah, rangkaian sunah menyembelih hewan itu terangkum di hadis riwayat Muslim dari Syadad bin Aus.

“Sesungguhnya, Allah SWT telah menetapkan kebaikan atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan cara yang baik, jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang baik.”

Maka, hendaknya memastikan terlebih dahulu sejauh mana tingkat ketajaman alat yang akan digunakan. Ini penting karena ketajaman alat tersebut menjadi salah satu penentu dalam proses pengaliran darah. Dan karenanya, sebelum memulakan pemotongan, maka asahlah terlebih dahulu alat tersebut. “Dan hendaklah kalian menajamkan pisau,” sabda Rasul.

Hindari mengasah pisau sementara hewan tersebut melihat aktivitas penajaman itu. Ini akan membuat hewan trauma dan merasa takut. Termasuk, mempertontonkan alat pemotong tersebut di hadapan hewan. “Alangkah lebih baiknya jika engkau menajamkan pisau terlebih dahulu lalu engkau membaringkannya.”

Jangan lupa membaca basmalah dan takbir. Rasulullah tidak pernah melewatkan hal itu. Tidak disertakannya basmalah bisa berakibat fatal, yakni ketidakhalalan hewan yang disembelih. (QS. al-An'am: 121). Bagi penyembelih, maka menghadaplah ke arah kiblat. Sedangkan, posisi hewan sembelihan cukup objek pemotongannya saja, tidak perlu wajah atau bagian tubuh hewannya. Konon, Abdullah bin Umar enggan memakan sembelihan yang dipotong dengan tidak menghadap kiblat. Riwayat yang sama datang pula dari Ibnu Sirin dan Jabir bin Zaid.

Tepat dan cepat. Jangan memperlambat proses pemotongan. Ini guna menghindari penganiayaan yang berlebihan terhadap hewan. Untuk hewan-hewan berukuran besar seperti sapi, unta, kerbau atau kambing, giringlah ke tempat pemotongan hewan dengan perlahan dan lemah lembut. Jangan bersikap kasar seperti memukul atau menendang. Ini banyak disarankan oleh ulama bermazhab Syafi'i. Mereka juga menambahkan agar memberikan hewan tersebut minuman terlebih dahulu.

Jauhi sikap berlebih-lebihan saat memotong hewan, misalnya hingga kepalanya putus. Hindari melakukan aktivitas apa pun seperti memotong kepala atau menguliti kulit hewan sebelum kondisi hewan benar-benar tak bernyawa atau tak lagi bergerak.

Ada sunah lain yang berkaitan dengan penyeleksian hewan yang hendak disembelih, seperti tidak memilih hewan yang tengah menyusui dan kondisi kantong susunya membesar. “Janganlah engkau menyembelih hewan yang penuh kantong susunya.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah).     

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
۞ وَلَقَدْ اَخَذَ اللّٰهُ مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَۚ وَبَعَثْنَا مِنْهُمُ اثْنَيْ عَشَرَ نَقِيْبًاۗ وَقَالَ اللّٰهُ اِنِّيْ مَعَكُمْ ۗ لَىِٕنْ اَقَمْتُمُ الصَّلٰوةَ وَاٰتَيْتُمُ الزَّكٰوةَ وَاٰمَنْتُمْ بِرُسُلِيْ وَعَزَّرْتُمُوْهُمْ وَاَقْرَضْتُمُ اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا لَّاُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَلَاُدْخِلَنَّكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۚ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاۤءَ السَّبِيْلِ
Dan sungguh, Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan Kami telah mengangkat dua belas orang pemimpin di antara mereka. Dan Allah berfirman, “Aku bersamamu.” Sungguh, jika kamu melaksanakan salat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, pasti akan Aku hapus kesalahan-kesalahanmu, dan pasti akan Aku masukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Tetapi barangsiapa kafir di antaramu setelah itu, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.”

(QS. Al-Ma'idah ayat 12)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement