CANBERRA -- Data statistik menyebutkan 67.000 perempuan hamil dan perempuan yang sudah punya anak mendapat diskriminasi di tempat kerja. Kini, pemerintah Australia melakukan penyelidikan apa penyebabnya dan mencari jalan keluar.
PM Julia Gillard telah menempatkan kembali kesetaraan gender kedalam agendanya dengan meminta Komisi Hak Asasi Manusia untuk menyelidiki diskriminasi terhadap para pegawai perempuan yang memiliki anak. Jaksa Agung Mark Dreyfus ingin mengurangi diskriminasi di kantor-kantor, terutama bagi perempuan hamil dan para ibu yang telah kembali bekerja setelah cuti hamil. "Ada bukti yang signifikan soal perempuan yang jabatannya diturunkan, dipecat, atau memiliki peran yang berbeda atau juga jam bekerja yang dikurangi sehingga mereka tidak diuntungkan setelah kembali cuti," ujarnya.
Pemerintah meminta Komisioner Diskriminasi Gender, Elizabeth Broderick untuk mengawasi penyelidikan, termasuk mengukur seberapa sering diskriminasi terjadi, apa penyebabnya, juga melihat konsekuensinya. "Biro Statistik pernah melakukan survei besar-besaran soal ini di tahun 2011, dan ditemukan sebanyak 67.000 perempuan mengalami diskriminasi saat mereka sedang hamil," tegas Jaksa Agung Mark.
Data ini menunjukkan bahwa sepertiga perempuan yang telah memiliki anak di bawah usia dua tahun meninggalkan pekerjaan saat hamil atau saat memiliki anak lagi. "Beberapa memang memilih untuk melakukan itu, tetapi kita tahu banyak juga yang ditawari pekerjaan, atau bahkan dipecat."
"Hal ini tentunya tidak dapat diterima, sangat tidak produktif, dan seringkali bertentangan dengan hukum."
Keengganan perempuan bicara soal diskriminasi
Sementara itu Komisioner Diskriminasi Gender, Elizabeth Broderick mengatakan tugas pertamanya adalah berbicara lebih luas soal ini kepada para pengusaha, serikat pekerja, kelompok industri, dan kelompok perempuan. "Kita tahu bahwa diskriminasi terhadap perempuan hamil merupakan masalah di Australia, 21 persen dari keluhan berkiatan dengan kehamilan," ujar Elizabeth.
Ini ada kaitannya dengan sosok pekerja yang ideal di Australia. Tetapi ada penelitian mendalam soal ini, dimana mereka yang bekerja 24 jam seminggu malah tidak memiliki tanggung jawab, dalam hal itu, adalah pria. Elizabeth juga menyayangkan banyak para perempuan yang enggan mengambil tindakan saat menghadapi diskriminasi, "Diskriminasi terjadi saat mereka mengalami perubahan (kehamilan), sehingga fokus mereka hanya pada kehamilan itu sendiri,"