REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Keluara besar Bung Karno kembali berduka. Ratna Djumani, anak angkat Bung Karno-Inggit Ganarsih Ahad (23/6) sekitar pukul 03.00 WIb meninggal dunia dalam usia 90 tahun. Jenazah dimakamkan hari ini di pemakaman Caringin, Bandung.
''Ibu akan dimakamkan di samping makam ibu Inggit Garnasih,'' kata Tito, putra Ratna Djumani.
Ratna Djumani diangkat anak oleh pasangan Sukarno-Inggit semenjak berusia anak-anak. Ratna sempat mengikuti masa pembuangan Soekarno baik di Ende Flores hingga Bengkulu. Meski anak angkat Sukarno sangat menyayanginya. Dia acapkali digendong ketika sakit oleh ayah angkatnya itu. Bahkan ketika mendekam di penjara Sukamiskin Bandung, Sukarno kerap kangen dan merasa resah ketika mendengar Ratna sakit. Tapi Inggit selalu bisa menentramkan gundah Sukarno dengan mengatakan tak ada apa dengan Ratna.
Dengan demikian kini salah satu saksi dari perjuangan berat Sukarno kini telah tiada. Pada sebuah wawancara Tito mengatakan Ratna merasa senang ketika diberitahu rumah peninggalan Sukarno yang ada di Ende akan dijadikan monumen. Dia mengaku sangat ingin ke sana.
''Tapi beliau sudah terlalu sepuh. Susah membawa ke sana. Padahal ibu sangat ingin ke Ende,'' kata Tito dalam sebuah wawancara dengan Republika.
Ende bagi keluarga Inggit memang sangat bermakna. Selain sempat mengalami masa pahit dibuang bersama di sana, ketika tinggal di Ende ibu dari Inggit juga meninggal dan dimakamkan di sana. Saat itu ternyata tak hanya Inggit dan Ratna yang menyertai sukarno menjalani masa pengasingan, ibu dari Inggit juga ikut serta.
Penulis biografi Inggit 'Kuantar Ke Gerbang', Ramadhan KH, mengatakan keluarga Inggit berjasa besar dalam masa perjuangan Sukarno.
"Tidak bisa dibayangkan bila Sukarno tinggal sendirian di pengasan baik di Ende maupun Bengkulu. Merekalah yang menemani Sukarno dalam melewati masa paling gelap dalam hidupnya,'' tulis Ramadhan KH.