REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Palestina Mahmud Abbas pada Ahad (23/6) menerima permohonan pengunduran diri Perdana Menteri Rami Hamdallah, namun nampaknya krisis baru akan segera menyeruak.
Ini adalah kali kedua dalam 10 pekan, seorang perdana menteri Palestina mundur akibat perseteruan internal. Abbas kini memiliki 35 hari untuk mencari penggantinya, kata pejabat Palestina.
Penerimaan Abbas atas pengunduran Hamdallah semula batal dilakukan, tapi kemudian dengan cepat mendapat konfirmasi dari juru bicara Abbas, Nabil Abu Rudeina. "Presiden Palestina Mahmud Abbas hari ini menerima pengunduran diri Perdana Menteri Rami Hamdallah," demikian pernyataan tersebut.
Keputusan itu diambil dalam rapat mereka berdua di Ramallah pada Ahad pagi, yang merupakan rapat ketiga mereka dalam 48 jam. Abbas menerima pengunduran diri Hamdallah karena ia menolak bekerja sama dengan dua deputinya, ujar sumber yang enggan disebut namanya.
"Ia memintanya untuk tetap menjadi pengemban tugas hingga ia memilih seseorang lain untuk membentuk susunan pemerintah yang baru."
Krisis terjadi pada Kamis (21/6) ketika Hamdallah mengajukan pengunduran diri yang tidak terduga yang oleh pejabat pemerintah disebut sebagai "perang kekuasaan" sebagai akibat keputusan Abbas menunjuk dua deputi yang akan bertugas di bawah sang PM langsung.
Hamdallah mencabut permohonan mundurnya pada Jumat (22/6), setelah pertemuan oleh pejabat tinggi disebut "positif" dengan Abbas selama dua jam. Mereka kemudian melakukan pertemuan lagi selama 90 menit pada Sabtu petang, meskipun para pejabat menutup rapat-rapat mengenai pertemuan itu.
Hamdallah ditunjuk menjadi PM oleh Abbas pada 2 Juni 2013 dan disumpah dalam kedudukan pemerintah baru empat hari kemudian dan menjadi marah atas keputusan Abbas menunjuk dua deputi untuk bekerja di bawahnya, kata sumber dari kantor PM.