REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban membantah pemberitaan bahwa mereka akan membatalkan perundingan dengan pemerintah AS dan Afghanistan menyusul kecaman terhadap kantor mereka di Qatar yang dibuka pekan lalu.
Bantahan tersebut dilontarkan setelah New York Times terbitan Sabtu mengutip gerilyawan yang tidak disebutkan namanya mengatakan, Taliban bertekad tetap memasang tanda dan bendera di kantor itu, yang telah menyulut amarah di Kabul.
Tanda itu menggunakan nama resmi Emirat Islam Afghanistan dari pemerintah Taliban yang berkuasa di Afghanistan dari 1996 hingga 2001, dan bendera putih Taliban dianggap oleh banyak orang Afghanistan sebagai provokasi.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, Ahad (24/6), pejabat Taliban tanpa nama yang dikutip New York Times itu tidak mewakili pandangan-pandangan gerakan tersebut.
"(Taliban) memiliki juru bicara sendiri yang memberikan informasi kepada media," kata Mujahid dalam sebuah pernyataan. "Siapa pun, selain para juru bicara ini, dianggap memberikan informasi yang tidak berasal dari Emirat Islam."
Presiden Afghanistan Hamid Karzai mengecam penggunaan nama yang digunakan Taliban. Pemerintah Qatar mengatakan bahwa kantor Taliban yang dibuka di Doha untuk memfasilitasi perundingan perdamaian tidak menggunakan nama "Emirat Islam Afghanistan", seperti yang terlihat sebelumnya.