REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Jamaah haji Indonesia mendapat tempat istimewa di Arab Saudi. Selain karena jumlahnya terbesar, jamaah asal Nusantara juga terkenal royal belanja. Tak heran nyaris semua toko di lokasi haji di Makkah dan Madinah bisa berbahasa Indonesia dengan baik.
Animo jamaah untuk kembali ke Tanah Suci pun terus membeludak. Ini membuat Kementerian Agama harus menyusun daftar tunggu yang lama untuk masyarakat yang ingin ke Baitullah. "Jadwal tunggu hajinya ada yang sampai 17 tahun!" kata Menag Suryadharma Ali, dalam jumpa pers di Jeddah, Ahad (23/6).
Siapa jamaah haji yang harus menunggu 17 tahun untuk ke Makkah, Madina dan sekitarnya itu? Menag hanya mengungkapkan mereka berasal dari Sulawesi Selatan, Aceh, dan Kalimantan Selatan. Namun sebaliknya ada pula jamaah yang cukup menunggu lima tahun. Ini dialami jamaah asal Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Bali.
Sebetulnya, lanjutnya, 2013 merupakan tahun haji para jamaah lanjut usia. Pemerintah sudah punya program kalau musim haji 2013 akan 'menghabiskan' pemberangkatan jamaah berusia di atas 75 tahun. Namun pemotongan kuota 20 persen oleh Arab Saudi membuat rencana ini berantakan.
Apalagi, sambung Menag, Indonesia belum mendapat keterangan resmi soal berapa lama renovasi Masjidil Haram. Apakah hanya setahun atau justru lebih. Kalau misalnya renovasi lebih dari setahun, sementara Kemenag sudah mengeluarkan kebijakan menunda pemberangkatan haji usia lanjut maka situasinya menjadi pelik.
"Tidak adil bagi jamaah usia lanjut kalau mereka harus ditunda lagi tiga tahun. Seharusnya mereka itu didahulukan," kata Menag. Ngomong-ngomong berapa sih usia para jamaah tua itu? Menag menyebut usia jamaah Indonesia yang uzur terentang mulai dari 83 tahun sampai 116 tahun! Jamaah ini kemungkinan besar akan menggunakan kursi roda.