REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berantakannya penyaluran bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) tak lepas dari ketidakakuratan basis data rumah tangga sasaran (RTS).
Pernyataan itu disampaikan Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, Senin (24/6).
Enny mengatakan, penyaluran BLSM berbasis data penerima subsidi beras untuk masyarakat miskin (raskin) sejumlah 15,5 juta RTS tidak akurat. Sebab, kata Enny, berdasarkan fakta di lapangan selama ini banyak penerima raskin yang tidak tepat sasaran.
"Artinya basis data yang digunakan tidak tepat," sebut Enny.
Menurut Enny, Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang dijadikan basis data penyaluran BLSM adalah hasil perhitungan 2011. "Update katanya ada, tapi di lapangan ada yang seharusnya menerima tapi tidak menerima atau sebaliknya. Artinya belum ada validitas data," ujar Enny.
Enny juga menyoroti seremonial pembagian BLSM pada Sabtu (22/6) kemarin. Sebab, ikutnya sejumlah menteri membagi-bagikan BLSM menggambarkan pemerintah masih ragu dengan penerima BLSM.