REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini angkutan kota non-TransJogja yang beroperasi di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya semakin hari semakin berkurang. Apalagi setelah terjadi kenaikan harga BBM.
"Saya tadi menunggu bus kota dari Wirobrajan sudah satu jam tidak ada. Akhirnya saya naik becak ke Pasar Beringharjo. Saya dengar banyak bus kota yang tidak jalan," kata Ny. Ahmad kepada Republika, di Yogyakarta, Rabu (26/6).
Hal itu juga diakui salah seorang kondektur bus kota 'Kopata'. "Biasanya Kopata yang beroperasi sekitar 70 bus. Sekarang paling hanya tinggal 30-40 bus. "Karena penumpang tidak ada dan beralih ke TransJogja," kata Heru.
Menurut dia, trayek bus kota banyak yang digunakan untuk TransJogja. Lagi pula tarif TransJogja tidak naik meskipun ada kenaikan BBM karena disubsidi pemerintah. Sementara bus Kopata dan bus angkutan kota lainnya yang non TransJogja tak ada subsidi.
Ketua Organda DIY Agus Adrianto mengakui di awal kenaikan harga BBM load factor pasti turun. "Apalagi nanti di awal-awal puasa. Ya.. kami harapkan ini tidak berlangsung lama," kata dia.
Lebih lanjut Agus mengatakan kalau tarif TransJogja tidak turun, tentu penumpang akan beralih ke TransJogja, karena lebih nyaman dan ber-AC. "Karena itu kami berharap tarif TransJogja juga dinaikkan," kata dia.
Kalau tarif transJogja, bus kota non TransJogja akan mati dua kali. "Sebelum ada kenaikan harga BBM bus kota itu sudah hidup segan, mati tak mau. Dengan adanya kenaikan BBM dan tarif bus TransJogja tidak naik, maka bus kota kemungkinan akan mati beneran," tuturnya.