Kamis 27 Jun 2013 13:35 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, MALADEWA--Islam masuk ke Maladewa melalui mubalig asal Afrika Utara, tepatnya Maroko. Fakta ini merujuk pada kisah perjalanan yang dituliskan Ibnu Batuta.
Sebelum Islam, Maladewa merupakan negeri Budha. Namun, berkat pendekatan dakwah kepada keluarga kerajaan, Islam mulai berkembang pesat. Sejak saat itu, Maladewa menjadi negeri Islam di lautan Hindia.
Seperti dikutip salah satu media online Maladewa, Minivan News, jumlah pemeluk Islam di sana adalah 99,41 persen dari total jumlah penduduknya. Sementara konstitusi Maladewa mengklaim bahwa penduduknya 100 persen Muslim, karena secara tidak langsung, Islam merupakan sebuah persyaratan seseorang untuk memegang status sebagai warga negara Maladewa.
Hingga pertengahan 1991, dari total luas daratannya yang hanya 298 kilometer persegi, Maladewa memiliki 725 masjid di seluruh penjurunya. Jumlah itu belum termasuk 266 masjid lainnya yang dikhususkan bagi kaum perempuan.
Islam menjadi bagian penting dari negara bermata uang Rufiyaa itu. Hari Jumat menjadi hari istimewa, sehingga hari kerja ditetapkan mulai Ahad hingga Kamis. Pada bulan Ramadhan, pemerintah membatasi jam kerja. Ini dimaksudkan guna memberikan kesempatan kepada setiap Muslim untuk beribadah.
Pemerintah Maladewa juga melarang kafe dan restoran untuk beroperasi selama Ramadhan. Pada hari biasa, setiap kafe dan restoran serta toko dan pusat perniagaan lain diminta untuk berhenti sejenak ketika adzan berkumandang.
Bagi Muslim Maladewa, hari Jumat ditetapkan sebagai hari libur. Namun, pemerintah mempersilahkan aktivitas perniagaan dan bisnis tetap berjalan hingga pukul 11.00.