Kamis 27 Jun 2013 16:09 WIB
Rep: Agung Sasongko/ Red: Sadly Rachman
REPUBLIKA.CO.ID, KARACHI—Senyum ceria muncul di wajah masyarakat Pakistan. Selain menyambut Ramadhan, Muslim Pakistan tengah menanti masa panen mangga.
Momentum seperti ini telah dinanti Muslim Pakistan selama 26 tahun. Itu sebabnya, Muslim Pakistan merasa tradisi mengkonsumsi mangga kianh sempurna lantaran bertepatan bulan suci Ramadhan.
Tak heran, apabila permintaan mangga naik 50 persen ketimbang tahun lalu. Sejumlah pedagang mengaku terpaksa menyewa tenaga kerja tambahan guna memenuhi permintaan tersebut.
Di Sindhri, kota kecil di wilayah Mirpurkhas, merupakan produsen mangga utama. Berbagai varian mangga unggulan berasal dari kota ini. Umumnya, masyarakat Pakistan lebih menyukai mangga berukuran besar dan manis.Chaunsa, jenis mangga tersebut, tak lagi hanya dikonumsi internal namun sudah berorientasi ekspor ke berbagai negara. Chaunsa, merupakan komoditas ekspor utama Pakistan.
Tahun lalu, AS sempat melarang impor mangga dari Pakistan. Namun, permintaan yang tinggi membuat larangan itu dicabut. Pasalnya, masyarakat AS tetap mencari komoditas itu hingga ke Kanada.
Selain AS, Jepang merupakan negara tujuan utama Chaunsa. Seperti AS, Jepang sempat melarang Chaunsa. Namun, tingginya permintaan memaksa Jepang mencabut larangan itu.
Bagi warga Pakistan mengkonsumsi mangga merupakan tradisi. Posisinya sejajar dengan kurma. Mengkonsumsi mangga selama Ramadhan dianggap mampu mengatasi dahaga ditengah cuaca terik selama bulan Juli.
Mangga merupakan buah favorit Pakistan. Tak hanya langsung disantap, olahan mangga telah melahirkan minuman yang menghilangkan dahaga. Misalnya saja, Katchi Lassi. Minuman ini terbuat dari susu yang dicampurkan garam dan mangga. Kacthci Lassi biasanya disajikan ketika berbuka.
Untuk sahur, biasanya masyarakat Pakistan memanfaatkan mangga untuk dijadikan saus. Di Shind, saus ini dikonsumsi bersama roti. Di Baluchistan, dibarengi nasi.