REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permintaan maaf Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) seharusnya dinilai sebagai hal yang wajar. Siapapun yang merasa bersalah sudah sepantasnya untuk meminta maaf.
"Hanya karena gengsi dan kesombongan yang membuat orang salah itu tidak mau meminta maaf," kata penulis buku Islam, Ahmad Yani, kepada ROL di Jakarta.
Yani tak ingin membawa persoalan permintaan maaf SBY itu ke ranah politik. Buatnya, siapapun yang merasa bersalah akan sangat dianjurkan dalam agama untuk menyampaikan permintaan maaf. "Meskipun pihak lain itu seharusnya memaafkan juga meski tanpa harus diminta," ujarnya.
Lantas dalam konteks luar negeri, Yani menilai, sikap SBY itu sangat wajar untuk meminta maaf. "Dalam hal ini seharusnya masyarakat kita bisa bersikap sama, begitu juga dengan gubernur yang seharusnya bisa melakukan hal serupa," katanya.
Dalam hal kebaikan, kata Yani, meminta maaf itu tak pernah menjatuhkan kewibawaan seseorang. Yani menyebut, Nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam, pernah mengumpulkan sahabat untuk mengevaluasi dirinya.
Di mata orang, gengsi bisa jadi dianggap lemah, tapi di mata kebaikan minta maaf itu tidak menjatuhkan wibawa. Rasulullah sallahu alaihi wasallam sendiri pernah kumpulkan sahabat untuk mengevaluasi beliau barangkali ada salahnya.
"Setelah dikemukakan kesalahan yang tidak prinsip, Nabi tetap menyampaikan permintaan maaf. Nah saya melihat sikap SBY tampaknya mengarah untuk mengajarkan hal seperti itu," ujarnya.
Lebih jauh Yani mengatakan dalam hal bertetangga itu sudah seharusnya bisa bersikap saling menghormati, membantu dan tidak saling menganggu. "Inilah yang harusnya ditumbuhkan dalam hubungan kita bertetangga dengan negara sahabat," katanya mengakhiri.