Jumat 28 Jun 2013 17:27 WIB

Adik Ipar Semula Tak Tahu Djoko Susilo Polisi

Rep: Irfan Fitrat/ Red: Mansyur Faqih
Tersangka kasus dugaan korupsi simulator ujian SIM Irjen Pol. Djoko Susilo (tengah) memberikan keterangan usai melakukan pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Kamis (13/12).
Foto: FOTO ANTARA/M Agung Rajasa/ed/nz/12
Tersangka kasus dugaan korupsi simulator ujian SIM Irjen Pol. Djoko Susilo (tengah) memberikan keterangan usai melakukan pemeriksaan di gedung KPK, Jakarta, Kamis (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Adik Mahdiana, Nopi Indah, tidak begitu mengetahui latar belakang kakak iparnya, Irjen Polisi Djoko Susilo. Ia semula tidak mengira kakak iparnya itu bekerja di institusi kepolisian. Jaksa penuntut umum menghadirkan Nopi sebagai saksi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jumat (29/6).

Nopi merupakan adik istri Djoko Susilo, Mahdiana. Ketika kakaknya menikah pada 2001, Nopi mengetahui Djoko sebagai pengusaha. Belakangan, ia baru tahu Djoko seorang polisi. "Gak lama setelah kelahiran anak pertama kakak saya, 2002, saya main ke Tanjung Mas. Mas Dika (Djoko) pulang kerja pakai baju dinas (polisi)," kata dia.

Nama Dika lebih familiar bagi Nopi ketimbang Djoko. Karena sejak awal, Nopi mengetahui kakak iparnya itu lebih sering dipanggil dengan sebutan Mas Dika. Ia pun mengaku jarang berkomunikasi dengan suami kakaknya itu. "Jarang, cuma say hello aja," ujarnya.

Paman Mahdiana, Muhamad Zaenal Abidin, juga tidak begitu mengetahui sosok Djoko. Ia mengetahui Djoko bernama Andika. Zaenal yang menjadi karyawan di salon milik Mahdiana itu mengaku jarang berkomunikasi dengan Djoko. "Kita ketemu cuma menanyakan kabar. Biasanya (ketemu) di rumah Mas Andika," kata dia.

Djoko melalui penasihat hukumnya mengakui adanya pernikahan dengan Mahdiana. Dalam surat dakwaan disebut Mahdiana merupakan istri kedua Djoko. Sementara mengenai sebutan Mas Dika, dalam persidangan sebelumnya Djoko pun sudah memberikan penjelasan. Ia mengatakan nama Dika merupakan panggilan dia di lingkungan keluarga.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement