Jumat 28 Jun 2013 19:42 WIB

Mendikbud Bakal Usahakan Ijazah Putri Penjual Ginjal

Rep: Fenny Melisa/ Red: A.Syalaby Ichsan
Mendikbud  Mohammad Nuh
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Mendikbud Mohammad Nuh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh berjanji akan mengusahakan agar Sarah Melanda Ayu (19 tahun) mendapatkan ijazahnya.

Hal tersebut diungkapkan Nuh di kantor Kemdikbud di Jakarta Jumat (28/6) siang usai menerima Sugiyanto (45 tahun) ayah dari Ayu yang beberapa waktu lalu nekat menawarkan ginjalnya di Bundaran HI untuk menembus ijazah Ayu.

“Urusan ijazah nanti kementrian yang akan bantu.  Caranya seperti apa  tidak begitu penting. Pasti ada caranya sendiri,” tutur Nuh.

Nuh juga menyatakan, akan membantu Ayu agar dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Rencananya, Ayu akan dikuliahkan di program studi (prodi) MICE Politeknik Negeri Jakarta (PNJ). Biaya kuliah Ayu selama di PNJ akan ditanggung melalui beasiswa Bidik Misi Kemdikbud. 

“Tadi saya tanya Ayu mau kuliah nggak? Dia bilang mau. Karena itu saya langsungg kontak mana universitas atau politeknik yang masih  mungkin menerima mahasiswa. Saya kontak ke PNJ, kata direkturnya masih bisa,” kata Nuh.

Lebih lanjut, Nuh menilai sekolah seharusnya tidak boleh menahan ijazah siswa karena ijazah merupakan simbol proses belajar seorang anak. Penyanderaan ijazah akan mempersulit siswa untuk melanjutkan masa depan. “Sandera ijazah bukan tradisi akademik,” katanya.

Nuh menambahkan mengapa Kemdikbud mau membantu Ayu untuk mendapatkan ijazahnya karena SMP Nurul Iman dan SMA Nurul Iman tempat dimana Ayu bersekolah ada dibawah naungan Kemdikbud. “Ponpesnya yayasan memang dibawah Kemenag. Tapi, SMP dan SMA nya ada dibawah Kemdikbud,” ujarnya.

Nuh pun mengimbau agar lembaga pendidikan tidak mempersulit siswa untuk mendapatkan ijazahnya. “Semestinya  hal-hal  seperti ini tidak terjadi karena siswa sudah menyelesaikan tanggung jawabnya untuk belajar,” katanya.

Sugiyanto bersama anaknya Ayu berorasi di kawasan Bundaran Hotel Indonesia dengan membawa poster berisi kesediaan menjual organ ginjal Rabu (26/6). Pria 45 tahun ini nekat ingin menjual organnya untuk menebus biaya ijazah anaknya oleh pondok pesantren Al-Ashiriyyah Nurul Iman, Waru Jaya, Parung, Bogor.

Sarah menimba ilmu di pondok pesantren tersebut sejak 2005 hingga 2012. Akan tetapi, tahun lalu ia tidak dapat mengambil ijazah karena masih ada tunggakan biaya ijazah SMP dan SMA sebesar Rp 17 juta. 

Di hadapan Mendikbud Nuh, Sugiyanto mengucapkan terima kasihnya atas bantuan yang diberikan terhadap permasalahan akademik yang menjerat putrinya. “Saya ucapkan terimakasih kepada Pak Mentri yang telah berupaya mengeluarkan ijazah anak kami bahkan membantu biaya pendidikan anak saya,” ujarnya terbata-bata.

Sugiyanto juga mengucapkan terima kasih pada media yang telah membantu. “Terimakasih pada awak media yang telah menyebabkan jalan keluar ini bagi saya,” ujarnya.“Pak Menteri terima kasih,  bapak  akhirnya tidak jadi jual ginjal,” tambah Ayu.

Nuh pun berpesan pada Ayu agar nanti setelah mendapatkan akses untuk kuliah memaksimalkannya dengan baik. “Kuliah yang semangat ya,” pesannya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement