REPUBLIKA.CO.ID, ARAKAN -- Dua Muslim Rohingya terbunuh sementara enam lainnya cedera setelah aparat keamanan menembaki kamp pengungsi Muslim di Pauktaw, Negara Bagian Arakan, pada Kamis (27/6).
Dilansir Irrawady, Komisi PBB untuk Pengungsi /United Nation High Commissioner for Refugees (UNHCR) menyatakan, insiden tersebut dilaporkan karena adanya ketidaksepahaman antara pengungsi Rohingya dengan penduduk Muslim lokal.
Warga lokal sebenarnya datang ke kamp pengungsi Kyein Ni Pyin untuk membangun penginapan sementara. UNHCR menyatakan, dua kelompok tersebut memiliki hubungan yang tidak harmonis.
Terdapat rumor yang menyebutkan, pengungsi Rohingya akan diisolasi ke tempat lain. Kemudian, aparat keamanan datang untuk mengintervensi juga mengambil pemimpin kamp.
"Saat beberapa pengungsi berkumpul dekat pos militer meminta pemimpinnya dilepaskan, aparat keamanan melepas tembakan untuk membubarkan kerumunan menyebabkan pengungsi terluka,"ujar juru bicara UNHCR Adrian Edwards. UNHCR menyebut, dua warga Rohingya tewas karena insiden itu.
Dia menambahkan, staf UNHCR segera tiba dan merawat korban luka-luka. UNHCR juga meminta adanya penyidikan terhadap tembakan mematikan tersebut yang mengarah ke kamp pengungsi yang menjadi tempat tinggal 4.400 pengungsi Rohingya. Mereka mengungsi tahun lalu akibat konflik antar komunitas.
Berbeda dengan apa yang dinyatakan oleh UNHCR, juru bicara negara bagian Arakan Myo Thant menjelaskan, penembakan diprovokasi oleh Rohingya. "Insiden diawali oleh bentrok antara para pekerja dengan pengungsi di kamp Kyein Ni Pyin karena masalah pembayaran,"ujarnya.
Petugas keamanan, tambahnya, kemudian diserang oleh sekelompok pengungsi. Petugas pun melepas tembakan ke arah kerumunan. Myo Thant menjelaskan, seorang tewas akibat insiden tersebut sementara seorang lainnya cedera.