Ahad 30 Jun 2013 17:06 WIB

SBY Ingin Selamatkan Dinasti Cikeas Lewat Pramono Edhie

Rep: Ira Sasmita/ Red: Nidia Zuraya
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Jenderal (purn) Pramono Edhie Wibowo.
Foto: Antara/Reno Esnir
Anggota Dewan Pembina Partai Demokrat Jenderal (purn) Pramono Edhie Wibowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti politik LIPI, Syamsuddin Haris menilai bergabungnya Pramono Edhie Wibowo ke Partai Demokrat sebagai upaya Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam menyelamatkan dinasti Cikeas. Setelah tunai menjalankan jabatannya sebagai presiden, SBY membutuhkan kekuatan penuh dari Partai Demokrat.

"Itu untuk keselamatan keluarga Cikeas pasca 2014. SBY butuh tangan kanan, selain Ibas dia juga butuh Pramono Edhie yang kemungkinan besar akan jadi capres atau cawapres," kata Syamsuddin di Jakarta, Ahad (30/6).

Secara internal partai, kehadiran mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu disebut Syamsuddin pasti sedikit banyak menimbulkan gejolak. Karena Pramono merupakan tokoh baru dalam partai, tetapi langsung mendapat jabatan sebagai anggota dewan pembina. Menurutnya, itu merupakan hal yang janggal karena dewan pembina diduduki oleh orang-orang yang memiliki hak istimewa dan turut mendirikan Partai Demokrat.

Tetapi, gejolak internal itu lagi-lagi diredam oleh politik kekerabatan yang kental dimainkan SBY. "Internalnya diam karena Pramono adiknya Ibu Ani, adik ipar SBY. Nepotisme itu membungkam gejolak internal, secara politik itu tidak sehat," ungkapnya.

Kehadiran Pramono  juga dipandang Syamsuddin tidak akan banyak membwa perubahan bagi Demokrat. Apa lagi mengharapkan elektabilitas partai akan tergeret. Karena secara figur, Pramono tidak menonjol. Bahkan dalam bidang militer, dia terbilang biasa saja. Selain itu, Pramono juga bisa membuat konvensi capres yang digemborkan Partai Demokrat menjadi tidak menarik.

Lantaran sosoknya yang digadang akan didukung maju lewat konvensi akan membuat tokoh-tokoh potensial lain urung ikut konvensi. "Karena menegaskan konvensi itu hanya formalitas semata," kaat dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement