Ahad 30 Jun 2013 21:02 WIB

Kapolda Jawa Barat Bicara Soal Dinamit yang Hilang

Rep: Gilang Akbar Prambadi/ Red: Citra Listya Rini
Dinamit. Ilustrasi
Foto: media.rendip.external
Dinamit. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ratusan dinamit yang hilang saat dikirim pada Kamis (26/7) lalu dikatakan Polri tak berbahaya karena raib tidak dengan alat picunya. Diketahui pula, dinamit-dinamit tersebut berdaya ledak rendah. 

Terlebih, dari data-data yang dilansir Polda Jawa Barat (Jabar), alat peledak berbentuk pipa ini memiliki harga pasaran di perusahaan-perusahaan tambang senilai Rp 15 ribu.

"Jadi daya ledak low. Tapi, itu pun tidak bisa diledakan karena detonator (alat picu) tidak ikut hilang," kata Kapolda Jawa Barat Irjen Suhardi Alius, Ahad (30/6).

Dinamit bernama Super Power gel 90 tersebut dari keterangannya hilang bersama dua dus yang menjadi wadah saat diangkut untuk dikirimkan. Satu dus berisi 125 batang dinamit dengan berat 25 kg . 

Dengan kata lain, total keseluruhan yang hilang berjumlah 50 kg. Berat satuannya sendiri ada di angka 200 gram perbatang dengan dimensi diameter 5 cm dan panjang 20 cm.

Dua dus dinamit yang hilang ini merupakan bagian dari total pengiriman 30 ribu kilogram amonium nitrat, 2.000 kilogram dinamit, dan 4.000 detonator listrik, yang saat itu diantar dengan empat truk. Seluruh truk diketahui berangkat dari Subang menuju Bogor.

"Tapi, ya itu mereka menepi dulu ke daerah Marunda, Jakarta Utara. Ini juga yang sedang kita selidiki apakah ada hal-hal mencurigakan saat truk keluar jalur," ujar Suhardi.

Hingga saat ini, polisi sudah memeriksa 12 orang saksi terdiri dari petugas, serta karyawan dari perusahaan pengirim dan pemesan dinamit tersebut. 

Sebelumnya 250 batang dinamit total berat 5 kg hilang di jalan arah Subang menuju Bogor saat diangkut untuk dikirim. Dinamit buatan PT MNK di Subang, Jawa Barat ini hendak diantarkan ke PT BSP di Cigudeg, Bogor. Pengiriman dilakukan guna memenuhi pesanan PT BSP yang bergerak di bidang pertambangan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement