Senin 01 Jul 2013 15:31 WIB

Dahlan Iskan Desak PT KAI Hapus Kereta Ekonomi

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
Menteri BUMN Dahlan Iskan
Foto: antara
Menteri BUMN Dahlan Iskan

REPUBLIKA.CO.ID, MANGGARAI -- Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan meminta PT KAI segera menghapus semua kereta ekonomi yang sering mogok. Menurut Dahlan, tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk menolak penghapusan kereta ekonomi. Sebab saat ini commuterline sudah menggunakan tarif progresif bersubsidi yang harganya jauh lebih murah.

"Saya bilang kereta ekonomi jadi masalah terus, hari ini saja yang mogok kereta ekonomi. Ya sudah, tarik saja," kata Dahlan saat meresmikan penerapan e-ticketing dan tarif progresif KRL di Stasiun Manggarai, Senin (1/7).

Dia menilai, adanya tarif progresif bersubsidi bagi commuterline bisa dijadikan momentum untuk memperbaiki layanan kereta. Sebab tidak ada lagi penggolongan kereta ekonomi bagi si miskin dan commuterline bagi si kaya.

Menurut Dahlan, tiap ada kereta ekonomi yang mogok, banyak masyarakat yang mengirimkan SMS bernada keluhan padanya. Karenanya, dia meminta agar PT KAI bergerak cepat menarik kereta yang rata-rata umurnya sudah 30 tahun tersebut. "Tarik saja itu kereta ekonomi yang sering menyengsaraan, tidak usah tunggu Agustus. Ini momentumnya," pinta dia. 

Menanggapi permintaan tersebut, Direktur PT KAI Ignasius Jonan mengatakan, secara bertahap akan mengganti kereta ekonomi dengan commuterline. Tahun ini saja, sambung dia, PT KAI telah memesan 180 unit kereta yang akan tiba pada Agustus. "Itu 20 persen dari total yang sekarang jalan," kata dia. 

Mulai 1 Juli 2013, PT KAI memberlakukan tarif progresif bersubsidi bagi semua perjalanan KRL. Dengan demikian, penumpang hanya membayar Rp 2000 untuk lima stasiun pertama dan Rp 500 untuk setiap tiga tahun berikutnya.

Dengan penerapan tarif progresif ini, dipastikan seluruh harga tiket menjadi lebih murah. Misalnya saja tarif untuk Jakarta-Bogor yang semula Rp 9.000 kini menjadi Rp 5.000 setelah tarif progresif.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement