REPUBLIKA.CO.ID, Arab Saudi meminta Uni Eropa segera mempersenjatai oposisi Suriah. Oleh karena itu, Arab Saudi dan enam negara Teluk yang tergabung dalam Gulf Cooperation Council (GCC) meminta Uni Eropa (UE) segera mencabut embargo senjata ke Suriah.
Menurut Al Arabiya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Saud al Faisal, menyatakan penting bagi UE untuk membant oposisi. Karena selama ini Pemerintah Suriah yang dibantu Hizbullah dan Pasukan Garda Revolusi Iran mendapat suplai senjata Rusia secara tak terbatas. Embargo senjata ke Suriah akan resmi berakhir pada 1 Agustus 2013.
Sementara itu, Kepala Kebijakan Luar Negeri UE Catherine Ashton, mengatakan di depan pertemuan antara UE dan (GCC) bahwa semua pihak harus bekerja keras untuk mencapai solusi politik yang membawa kepada perdamaian Suriah. Uni Eropa juga khawatir dengan meluasnya konflik sektarian ke negara tetangga Suriah, seperti Libanon dan Irak.
Oleh karena itu, Menteri Luar Negeri Bahrain pun meminta peran penting Iran dalam solusi politik Suriah. Menurut Menlu Syekh Khalid bin Ahmed Al Khalifa, Presiden baru Iran, Hassan Rohani harus segera menarik gerilyawan Hizbullah dari Suriah. Hal ini agar kondisi perang sipil di negeri itu tak semakin memburuk.
''Keadaan di Suriah semakin kritis, dan kami berharap Iran segera mengambil langkah untuk menarik pasukan asing di Suriah,'' ucap dia dalam pertemuan tersebut, Senin (1/7). Namun, satu hal yang perlu diketahui, Presiden Iran tak memegang langsung kebijakan strategis seperti hubungan dengan Suriah dan Hizbullah. Semua keputusan penting tersebut diserahkan ke ulama berkuasa, Garda Revolusi dan tentu Pemimpin Spiritual Ayatollah Ali Khamenei.