Selasa 02 Jul 2013 15:48 WIB

Indonesia Diminta Buka Akses Informasi Komoditas Pertanian

Rep: Meiliani Fauziah/ Red: Nidia Zuraya
Lahan pertanian, salah satu faktor penopang ketahanan pangan nasional (ilustrasi)
Foto: banten.go.id
Lahan pertanian, salah satu faktor penopang ketahanan pangan nasional (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia diminta untuk memperluas akses informasi terkait komoditas dan hasil pertanian negeri ini. Delegasi Brazil, diwakili Ricardo Kobal Raski, mengatakan semua negara harus mengutamakan transfer teknologi dalam konteks mempersiapkan ketahanan pangan dunia. Indonesia khususnya juga punya kesempatan bagus untuk melakukan pertukaran genetik tanaman pangan dengan negara lain.

"Penting untuk menjamin keamanan pangan di seluruh dunia, apalagi saat kita melihat cepatnya pertumbuhan populasi dan perubahan iklim," ujarnya dalam Perjanjian Internasional tentang Sumber Daya Genetik Tanaman untuk Pangan dan Pertanian (The 3rd High-level Round Table on Indternational Treaty on Plant Genetic Resources for Foor and Agriculture /IT- PGRFA), Selasa (2/7).

Semua negara dipandang perlu untuk mencermati potensi negerinya. Delegasi Brazil meyakini, bahwa data potensi  ini akan memberikan manfaat bagi seluruh dunia. Akses yang terbuka bukan tidak mungkin memberikan keuntungan moneter dan non moneter di masa depan. Brazil juga berniat melakukan hal yang sama untuk melindungi ketahanan pangan negrinya.

Untuk tujuan ini, Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian (Kementan) diminta ikut serta membuka peluang untuk rencana ini. Diharapkan kedepannya informasi komoditas  dapat dikumpulkan di suatu portal berikut karakter dan peluang wilayah yang siap dikembangkan. "Teknologi untuk setiap komoditas akan tersedia sepenuhnya dan dapat diakses dengan mudah," ujarnya.

Delegasi dari Guinea-Bissau, Her Honorable Bilony Nhama Nantamba Nhasse menyatakan dukungan atas usulan ini. Jika terwujud, diharapkan pertanian di negeri tersebut akan lebih maju. Terbit pula  harapan akan tercipta pula dialog yang lebih intensif antar negara untuk saling bahu-membahu mempersiapkan diri menyiapkan tantangan ketahan pangan global. "Kami ingin mendistribusikan produk kami dengan lebih baik. Saat ini kita mengatur, tapi ini tidak cukup," ujarnya.

Delegasi Oman, diwakili oleh Ishaq Amed Mohammed Alruqaishi juga sepakat dengan ide ini. Menurutnya penting bagi sebuah negara untuk menjadi lebih ambisius dalam memantapkan ketahanan pangan negri masing-masing. Ada banyak cara yang bisa dilakukan, termasuk dengan memperkaya sumber daya genetik, berinovasi dan berinvestasi. Sektor swasta juga perlu dilibatkan dalam hal investasi agar target global bisa lebih cepat tercapai.

 

Menteri Pertanian Indonesia, Suswono mengatakan akan mempertimbangkan masukan dari semua negara. Termasuk tawaran untuk kerja sama pertukaran genetik, yang menurutnya menarik untuk dicoba. Apalagi setiap negara punya keunggulan masing-masing. "Misalnya saja, palm oil dari Indonesia ditukar dengan tebu dari Brazil," ujarnya.

Dari pertemuan hari ini, Indonesia dianggap sebagai negara yang cukup mampu untuk menjaga ketahanan pangan. Namun diakui bahwa negeri ini masih terkendala masalah klasik termasuk perubahan iklim dan luas lahan yang semakin minim. Indonesia juga dianggap mampu berkontribusi untuk membantu negara miskin.

IT- PGRFA juga menampilkan pembicara kunci dari berbagai lembaga internasional seperti FAO, ACIAR, IRRI, IAEA, Biodiversity Internasional, CIRAD dan lainnya. Konferensi ini dihadiri oleh 20 negara antara lain delegasi dari Oman, Iran, Kanada, Kuwait dan Guinea Bissau.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement