REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maraknya peredaran narkotika menjadi perhatian khusus Pakar Kriminal Universitas Indonesia (UI) Yugo Tri. Menurut dia, narkotika sudah menjadi identitas dalam sistem ekonomi nasional.
Sebab, kebutuhan narkotika di Indonesia masih tinggi. "Kalau ada permintaan pasti ada penyuplaian," kata Yugo, Rabu (3/7).
Yugo melanjutkan, tingginya permintaan narkotika di Indonesia membuat suplai dari negara luar semakin 'kencang'. Ini yang menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan dan paling menjanjikan untuk usaha barang haram tersebut.
Permintaan yang tinggi ini didukung tidak terjaga atau ketatnya keamanan di garis pantai Indonesia yang terbilang panjang, sehingga memungkinkan terbentuknya pelabuhan-pelabuhan gelap. "Yang digunakan juga nelayan, karena mereka paham daerah itu," kata Yugo.
Yugo menjelaskan, penyebab permintaan narkotika yang masih tinggi ialah kesadaran masyarakat yang minim. Kesadaran akan bahayanya narkotika.
Menurut Yugo, dengan sadarnya masyarakat mengenai dampak negatif narkotika akan memberantas narkotika itu sendiri. "Jika sudah tidak ada yang mau 'makai', suplai dengan sendirinya berhenti," katanya.
Caranya, dengan pengenalan dan sosialisai dampak negatif narkotika ke masyarakat secara intens serta menjelaskan hukuman terberat bagi yang mengedarkan atau yang beraktifitas dalam pengedaran narkotika.
Yugo menjamin, jika tidak melakukan upaya penanganan sejak dini, narkotika akan tetap 'hidup' di sekitar masyarakat. "Ini kejahatan extraordinary crime," katanya.
Yugo juga mengingatkan, kepada pihak kepolisian agar menindak tegas oknum aparat penegak hukum yang terlibat pengedaran narkotika. Yugo menjelaskan, masyarakat Indonesia tidak bisa memungkiri oknum-oknum aparat penegak hukum tersebut benar ada. Oknum tersebut memberika ruang masuknya narkotika ke Indonesia. "Tentu dengan imbalan yang tidak sedikit,'' katanya.