REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penghapusan impor produk pertanian tak mungkin terlaksana karena sejumlah alasan. Diantaranya, persediaan daging yang masih berbanding terbalik dengan permintaan dan sebagai negara yang bergabung di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) tak bisa menutup keran impor.
Pengembangan Hasil Penelitian Kementerian Pertanian Sri Hery Susilowati mengungkapkan, permintaan daging di Indonesia masih lebih tinggi daripada pasokannya. ''Selain itu kita ikut bergabung di WTO,'' kata dia pada diskusi Kenaikan BBM dan Dampaknya Terhadap Harga Bahan Pangan, di HIPMI Center, Jakarta, Kamis (4/7).
Menurut Sri, dua hal itu menjadikan impor produk pertanian tak mungkin ditutup. Apabila ditutup sepihak, negara lain akan membalas dendam dengan tak menutup keran impor dari Indonesia.
Namun, kerja sama antarnegara tersebut, kata Sri, membuat suatu perlindungan harga terhadap produk dalam negerinya. Jadi produk dalam negeri tetap bisa selamat di tengah terjangan produk asing.
Meski ada perlindungan harga, tambah Sri, produsen dalam negeri harus terus meningkatkan kualitas agar produknya tak dipandang sebelah mata. Selain pemerintah mendukung dari para produsen harus terus melonjakkan daya saing.