Kamis 04 Jul 2013 21:11 WIB

Kadin Kritik Waktu Penumpukan Kontainer di Tanjung Priok

Rep: Rr. Laeny Sulistyawati/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengeluhkan waktu penumpukan kontainer (dwelling time) di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, terutama dalam tiga tahun terakhir. Kadin mendesak agar waktu dapat ditekan menjadi tiga hari dari kondisi saat ini yang mencapai 8,7 hari.

Ketua Komite Tetap Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik Kadin Indonesia, Irwan Ardi Hasman meminta pemerintah memberikan kepastian kepada pemilik barang. Kenyataan di laangan proses pengeluaran barang di Pelabuhan Tanjung Priok, baik melalui jalur merah, jalur hijau, dan jalur kuning belum berjalan sebagaimana yang menjadi harapan dunia usaha.

“Sebagai catatan, jalur merah seharusnya bisa ditekan menjadi satu pekan, sekarang bahkan kadang-kadang bisa mencapai satu bulan,” ujarnya di Jakarta, Kamis (4/7).

Sedangkan proses pengeluaran barang di jalur hijau yang membutuhkan waktu tiga sampai empat hari seharusnya bisa menjadi dua hari. Untuk jalur kuning bisa ditekan menjadi tiga hari dari kondisi sekarang yang mencapai tujuh hari.

Dia menjelaskan, isian lapangan penumpukan  (Yard Occupancy Ratio/YOR) berakibat kepada dwelling time dan semuanya akan bermuara kepada biaya transportasi dan logistik, baik laut maupun darat.  “Sekarang YOR di Tanjung Priok sudah diatas 100 persen, maka kondisi pelabuhan menjadi kongesti,” tuturnya.

Melihat kenyataan tersebut ia menyimpulkan pengelolaan pelabuhan tidak berhasil dalam mengantisipasi pertumbuhan arus barang. Dia mengkhawatirkan kondisi dwelling time bahkan tingkat YOR yang tidak efisien seakan-akan dibiarkan karena selama ini sudah berlangsung cukup lama.

“Terutama sejak tiga tahun terakhir, tetapi belum ada perubahan bahkan dwelling time dan YOR semakin parah,” katanya.

Dia menuding ada pihak yang berkepentingan terhadap YOR dan dwelling time yang tinggi, terutama operator pelabuhan. Alasannya kepadatan yang terjadi saat ini justru mampu menghasilkan pendapatan tambahan dari tarif progresif yang diberlakukan sehingga muncul kesan selama tiga tahun terakhir, operator pelabuhan enggan memindahkan peti kemas dari YOR ke back up area.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement