REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Moch Hisyam
Abdullah bin Abbas adalah seorang anak muda yang selalu dibawa oleh Umar bin Khathab untuk mengikuti berbagai diskusi di majelis orang tua yang pernah mengikuti Perang Badar. Melihat ada anak muda yang selalu mengikuti majelis diskusinya, sebagian dari mereka seakan-akan tidak suka dengan kehadirannya.
Mereka berkata, “Mengapa pemuda ini masuk dalam kelompok kita, padahal kita juga mempunyai anak yang sebaya dengannya?” Mendengar pertanyaan itu, Umar pun menjawab, “Sesungguhnya ia adalah anak yang kalian ketahui, yakni anak yang lahir dari pendidikan Nabi Muhammad SAW dan merupakan sumber ilmu.
Pada suatu kesempatan, Umar memanggil Abdullah bin Abbas untuk menujukkan kelebihannya di hadapan mereka, lalu Umar berkata, “Apakah komentar kalian terhadap firman Allah SWT Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima tobat (QS an-Nashr (110) : 1-3)?’’
Salah seorang dari mereka menjawab, “Kami diperintahkan untuk memuji dan memohon ampunan kepada Allah bila kita mendapat pertolongan dan kemenangan.” Sementara sahabat yang lain terdiam dan tidak berkata apa-apa. Lantas, Umar bertanya kepada Abdullah bin Abbas, “Apakah komentarmu pun seperti itu wahai Ibnu Abbas? Ibnu Abbas menjawab, “Tidak.”
Umar bertanya lagi, “Bagaimana komentarmu?” Ibnu Abbas menjawab, “Itu adalah saat kepergian Rasulullah yang diberitahukan oleh Allah kepada beliau. Mendengar jawaban itu, Umar bin Khathab berkata, “Saya tidak mengetahui pengertian ayat itu demikian kecuali dari apa yang kamu katakan.’’
Demikianlah ketinggian ilmu Abdullah bin Abbas, dengan ilmu mumpuni yang dimilikinya ia dilibatkan ke dalam lingkungan sahabat-sahabat yang sudah senior, para orang tua yang pernah ikut dalam perang badar, dari kalangan sahabat yang utama. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang bisa lebih utama dari teman-teman segenerasinya, bahkan melebihi para seniornya, karena pemahamannya yang baik dan ilmu pengetahuan yang luas.
Lebih daripada itu, Allah menjanjikan akan mengangkat derajat orang yang beriman dan berilmu pengetahuan sampai beberapa derajat, sebagaimana yang termaktub dalam Alquran surah al-Mujadilah (58) ayat 11, “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’
Dari sini, dapat kita pahami mengapa Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu sejak dari buaian sampai ajal menjemputnya. Tujuannya, Islam hendak memuliakan umatnya dengan ilmu yang dimilikinya.
Untuk itu, janganlah kita merasa cukup dengan ilmu yang telah kita miliki dan jangan pula membatasi diri untuk mencari ilmu karena usia telah senja. Selama hayat dikandung badan hendaknya kita tidak berhenti untuk menuntut ilmu agar kita mendapat keutamaan dan kemuliaan di dunia maupun di akhirat kelak. "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan." (QS Thaha (20) ; 114).